Robert Gilpin merupakan nama yang tidak asing dalam Ilmu Hubungan Internasional. Gilpin tersohor sebagai ilmuwan dalam bidang ekonomi politik internasional yang telah menelurkan berbagai karya akademis. Salah satu karyanya yang paling terkenal adalah sebuah buku berjudul “War and Change in World Politics” yang ditulis pada tahun 1981. Pada Kamis (16/11), Klub Membaca Suryakanta, mencoba mendiskusikan isi buku tersebut. Bertempat di BA 503 Fisipol UGM, pemantik diskusi adalah Naomi Resti yang merupakan asisten peneliti dari Institute of International Studies (IIS) UGM.
Sebagai prolog, buku ini dikatakan hendak menjawab pertanyaan ‘bagaimana dan pada kondisi apa perang dan perubahan sistem internasional terjadi’ lewat dua pendekatan dalam dunia sosial, yaitu sosiologi dan ekonomi. Dalam pendekatan sosiologi, masyarakat atau sistem sosial secara keseluruhan serta interaksi keduanya merupakan variabel penting dalam menjelaskan perubahan dalam sistem internasional. Sedangkan pada pendekatan ekonomi, dimana Gilpin memfokuskan pada penggunaan teori-teori pilihan rasional (rational choice), dinilai membantu memahami entitas. Seperti entitas individu ataupun negara yang memiliki kepentingan melalui pilihan yang paling efektif, berusaha memaksimalkan keuntungan.
“Intinya, Gilpin melihat tiap perubahan maupun perkembangan politik di setiap zaman adalah pergeseran distribusi kekuatan (power) dalam sistem internasional,” ungkap Naomi. Lebih lanjut, Naomi menekankan bahwa yang coba ditunjukkan Gilpin adalah identifikasi dari pola umum yang terjadi. Sebab, perubahan adalah akibat dari krisis yang unik dan sering tidak terduga.
Menurut Gilpin, karakter dasar hubungan internasional sejatinya tidak mengalami perubahan selama bertahun-tahun. Bagi Gilpin, hubungan internasional merupakan arena kontestasi kekayaan dan kekuatan (power) di antara aktor-aktor dalam struktur yang anarki. Lebih lanjut, perubahan dan perkembangan yang ada, tetap harus diperhitungkan. Hal ini karena seiring waktu, meskipun sifat dasarnya tidak berubah, karakter negara turut berubah.
Dalam kaitannya dengan stabilitas dan perubahan, Gilpin menyatakan bahwa sistem internasional dikatakan stabil bila tidak ada negara yang percaya bahwa perubahan apapun dapat menguntungkan. Namun, bila sebuah negara mencoba melakukan perubahan, hal itu dapat didasari pada asumsi keuntungan yang diharapkan akan melebihi ongkos yang dibayangkan. Negara, kemudian berupaya melakukan perubahan dalam sistem internasional melalui perluasan teritori, politik, dan ekonomi. Hal ini akan terus dilakukan hingga marginal cost dari perubahan yang akan datang menjadi sama atau lebih besar dari marginal benefit. Pada saat negara mencapai titik setimbang antara keuntungan dan ongkos dari perubahan yang dilakukan, kondisi ini memiliki kecenderungan pada naiknya ongkos ekonomi untuk mempertahankan status quo lebih cepat dibandingkan kapasitas ekonominya. Hal ini akan terus berangsur hingga mencapai proses yang disebut disequilibrium.
Suryakanta kali ini kedatangan tamu istimewa yaitu, Prof. Dr. Mohtar Mas’oed yang memberikan beragam insight dan tambahan terkait buku Robert Gilpin. “Yang ingin Gilpin coba katakan adalah tidak mungkin perubahan terjadi kalau tidak ada perang hegemonik,” ujar Prof. Mohtar. Dalam kesempatan ini, ia juga menekankan bila dalam membaca buku, penting untuk melihat konteks bagaimana penulis menata argumen yang ia buat. Ini akan memperlihatkan mengapa penulis bisa memiliki argumen yang ia kemukakan.
Terkait Suryakanta, Prof. Mohtar memberikan apresiasinya terhadap klub membaca ini. “Keberadaan klub membaca ini bisa mendorong minat untuk membaca lebih besar. Selain itu, juga bisa membahas kebingungan yang didapat ketika membaca dengan mendiskusikannya bersama,” ujar Prof. Mohtar.