Mengawali sesi diskusi, pertanyaan pematik dipandu oleh Marwa, Dosen Departemen Hubungan Internasional Fisipol UGM. Selaras dengan tema hari perempuan internasional tahun ini ‘break the bias’ pertanyaan yang disampaikan mengulik seputar dinamika kedua narasumber dalam bekerja.
“Dunia pria memang berbeda dengan bisnis mainstream wanita, mereka punya rule of the game, dan mau tidak mau kita harus bisa mengikuti itu” tutur Amalia.
Sebagai perempuan yang bekerja di bidang ekspor, Amalia mengamini bahwa seringkali perempuan hanya dipandang atas kecantikannya atau penampilannya, ketimbang dari kapasitasnya. Menurutnya, penting bagi perempuan berpegang pada prinsip menunjukkan kekuatan daripada meminta ruang. Baginya, lebih penting mempersenjatai diri dengan kemampuan yang setara, daripada meminta ruang atas dasar kewanitaan-nya.
Hal senada juga disampaikan oleh Sri Astutik, sebagai perempuan yang bekerja di bidang keamanan, seringkali perempuan seolah dianggap berbeda, namun dengan menunjukkan profesionalisme dan tanggung jawab yang baik, Ia mampu menunjukkan bahwa Ia pantas.
“Tantangannya adalah soal membagi waktu, tanggung jawab pekerjaan dan sebagai seorang ibu harus bisa terlakasana dengan baik tanpa meninggalkan salah satunya” tutur Sri.
Menyambung hal tersebut, Amalia juga menyampaikan bahwa yang dibutuhkan perempuan bukanlah harus bekerja namun ruang aktualisasi diri. Hal tersebut dapat diperoleh di berbagai tempat mulai dari komunitas, menulis blog, menjadi selebgram, atau sekolah online. Melalui ruang-ruang tersebut, perempuan dapat menjadi individu yang berdaya, mampu memahami kualitas dan kapasitas dirinya.
Menutup sesi pemaparan materi, kedua narasumber menyampaikan bahwa mencintai pekerjaan dan bertanggung jawab atas peran sebagai seorang ibu dapat dilakukan oleh perempuan. Ketika kita bekerja di ruang yang didominasi oleh laki-laki maka pahamilah aturan main disana, ikuti aturan itu namun pahami batas kemampuan kita. Terakhir, bangun support system dan pahami bahwa starting point laki-laki dan perempuan memang berbeda. Namun hal tersebut bukanlah masalah, karena perempuan pada dasarnya memiliki kapasitas yang mumpuni. (/Mdn)