HI UGM Jalin Silaturahmi Di Tengah Pandemi Lewat Syawalan Kahigama

Yogyakarta, 6 Juni 2020—Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) menyelenggarakan acara Syawalan Keluarga Alumni Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada (Kahigama) sekaligus KAHIGAMA Charity yang berlangsung  secara daring  melalui Zoom.

Dibuka oleh Kepala Departemen Hubungan Internasional, Nur Rachmat Yuliantoro pun memberikan sambutan hangat pada 150 alumni yang hadir pada acara tersebut. “Walaupun syawalan tahun ini suasananya tidak begitu menguntungkan, tapi saya yakin syawalan akan berjalan baik dan mencapai tujuannya,” ujar Rachmat.

Acara pun dilanjutkan oleh penyampaian pesan oleh Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri periode 2019 hingga 2024 yang menyampaikan perkembangan Covid-19. “Kita semua tahu kita hidup di situasi berbeda dan mungkin tidak akan kembali ke situasi sebelumnya, itulah yang kita siapkan, kehidupan tatanan baru yang mau tidak mau harus siap,” ucap Retno.

“Kesehatan adalah proritas, pemerintah selalu menomorsatukan kesehatan. Pemerintah juga menahan ekonomi agar tidak jatuh lebih dalam. Sepuluh negara terbesar yang punya confirmed cases paling bayak ada di Amerika sebesar 1,89 juta, episentrum baru juga ada di Brazil. Bicara sepuluh besar, menarik bahwa delapan negara diantaranya adalah Negara G20. Maka Covid-19 bukan hanya tantangan negara berkembang, bahkan negara G20 dan negara adidaya seperti Tiongkok dan Amerika pun juga terkena krisis,” ujar Retno.

“Di Amerika, angka pengangguran perlahan turun karena adanya pekerjaan baru sebesar 2,5 juta selama Bulan Mei dimana perekonomian mulai dibuka dan stimulus negara sudah membuahkan hasil. Tapi kalau kita lihat, pembukaan ekonomi telah menyebabkan angka positif naik sebesar 50% di delapan negara bagian lebih,” ujar Retno.

“Ini merupakan lesson learned, kita sedang mempersiapkan masuk ke tatanan baru yang tak bisa dihindari dengan cara disipin protokol kesehatan. Kita juga mewaspadai second wave yang mungkin akan berat, jangan sampai berbarengan dengan kita yang sedang membuka ekonomi secara hati-hati. Konsep pemerintah adalah “Realizing a Productive but COVID-19-safe Society”, ucap Retno.

“Sebagai penutup, marilah kita berpandangan jernih melihat situasi ini. Kita perlu perlu bergotong royong. Kalau bukan kita yang ikut menyangga, siapa lagi? Saya yakin seyakin-yakinnya kemenangan ada kalau semua dari kita berasatu,” ujar Retno mengakhiri sambutannya.

Pesan yang disampaikan Retno pun juga menjadi alasan adanya KAHIGAMA Charity, yaitu penggalangan dana untuk membantu mahasiswa yang memiliki kesulitan ekonomi dan masih menetap di Yogyakarta. Acara pun dilanjutkan dengan menyapa alumni yang sedang bertugas di KBRI  maupun alumni yang sedang melanjutkan studi di luar negeri mulai dari Eropa, Afrika Hingga Australia.

Setelah menyapa alumni usai, tausiyah syawal pun disampaikan oleh Abdul Wahid Maktub, alumnus HI  angkatan 1982 yang saat ini juga bertugas sebagai staf khusus Kementerian Riset dan Teknologi. ”Manusia lupa bahwa kita memiliki limitation dan lupa pada yang ultimate. Teknologi hanya sekadar instrumen, tapi tidak semuanya bisa menjangkau situasi saat ini. Perubahan yang paling dahsyat ada pada diri kita sendiri karena Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri. Maka mindset kita, disiplin kita, semangat kita, harus bersatu untuk melawan Covid-19,”  ujar Abdul yang menyampaikan pesan kemanusiaan.

Selain dihadiri oleh para alumni, Ketua Umum Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo juga turut hadir untuk menyapa para alumni. Meskipun acara Syawalan Kahigama berlangsung secara virtual, suasana kekeluargaan dan nostalgia yang hangat tetap dirasakan oleh para alumni. Donasi yang terkumpul pun telah mencapai 45 juta.

Syawalan Kahigama yang menjadi momentum dalam menjaga silaturahmi, persatuan, dan kekeluargaan, diakhiri dengan penampilan musikus Giring Ganesha dan dimeriahkan oleh  pembagian doorprize yang meriah. (/Afn).