Rabu (22/11) menjadi hari terakhir dari rangkaian Fisipol’s Research Day2017. Dilaksanakan paralel di beberapa tempat sekaligus di Fisipol UGM, Fisipol’s Research Day2017 menampilkan presentasi dari para penerima hibah riset Fisipol. Salah satu sesi yang berlangsung pada hari ketiga ini adalah sesi “Konflik dan Politik” yang diselenggarakan di Digilib Cafe, Fisipol UGM. Kegiatan kali ini menghadirkan Dr. Tia Pamungkas, staf pengajar dari Departemen Sosiologi sebagai moderator acara.
Presenter pertama adalah Willy Purna Samadhi, M.A. dengan hasil risetnya yang berjudul “Membangun Kerangka Assessment Demokrasi Berfokus pada Aktor Pro-Demokrasi”. Willy, melalui kerangka assessment ini mencoba melihat bagaimana aktor-aktor pro-demokrasi berinteraksi dan merespon proses demokratisasi yang sedang berjalan. Kerangka ini juga berupaya melihat demokratisasi dan demokrasi dari kacamata aktor-aktor pro-demokrasi. Mahasiswa program doktoral di Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM ini memiliki argumen bahwa strategi untuk mengembangkan demokrasi dan pilihan-pilihan yang dibuat oleh aktor terhadap suatu agenda sangat berkaitan dengan kapasitas politik dari aktor-aktor tersebut. Hal ini lantas akan menentukan pengaruh aktor dalam proses demokratisasi. Lebih lanjut menurut Willy, kemampuan dalam memberikan pengaruh dicirikan melalui tingkat kesuksesan untuk membentuk dan mengembangkan agenda serta strategi politik.
Topik kedua dibawakan oleh mahasiswa Program Master Departemen Politik dan Pemerintahan Fisipol UGM, Yuseptia Angretnowatia, S.IP. Pada kesempatan ini, beliau mempresentasikan topik berjudul “Wacana Moderasi PP Muhammadiyah (Studi Mengenai Peran Organisasi Masyarakat Sipil dalam Kebijakan Kontra-Terorisme di Indonesia)”. Yuseptia memulai dengan pembahasan mengenai terorisme dan deradikalisasi sebagai respon masyarakat. Hal ini lalu ia kaitkan dengan framing wacana yang dilakukan oleh Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah. Menurut Yuseptia, aktor-aktor gerakan yang tergabung dalam Muhammadiyah secara aktif membangun jaringan guna membentuk wacana tertentu dan teraktualisasi dalam kebijakan advokasi. Hal ini ia nilai penting guna memahami perspektif framing pada aktivitas gerakan sosial.
Presentasi ketiga dibawakan oleh kelompok mahasiswa Program Sarjana Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan, Deparatemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, serta Fakultas Kehutanan UGM. Mereka mengangkat kasus dengan tajuk “Konflik Agraria: Penguatan Kapasitas Masyarakat Parangkusumo dalam Menuntut Hak Atas Kota”. Objek penelitian yang difokuskan oleh tim ini adalah Gumuk Pasir Parangkusumo yang terletak di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Gumuk pasir ini sendiri dirasa merupakan bentang alam yang unik, dimana para penduduk sekitar turut memanfaatkannya guna kepentingan ekonomi mereka. Dari sisi ahli geologi, kelompok ini memunculkan wacana untuk melakukan restorasi pada gumuk pasir ini. Atas hal tersebut, pada tahun 2016 penggusuran warga telah dilakukan guna kepentingan restorasi. Namun, tim ini menilai bahwa penggusuran tersebut tidak diiringi oleh pemenuhan hak terhadap warga sekitar. Hal ini kemudian menjadi fokus kajian dari penelitian tim ini.
Panggung terakhir di sesi ini diisi oleh gabungan tim mahasiswa Program Sarjana dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik, dan Departemen Politik dan Pemerintahan. Menyoroti Aksi Bela Islam 4 di akhir tahun 2016, tim mengangkat judul “Ummatan Wassatan di Negeri Bawah Angin: Islam Moderat Indonesia di Mata Dunia Pasca Aksi Bela Islam”. Kajian yang dilakukan memiliki fokus pada framing yang dilakukan oleh media internasional untuk mengetahui persepsi dunia terkait kesan atas Islam Moderat di Indonesia. Hal ini dikarenakan, memiliki citra negara Islam yang moderat dan demokratis, Indonesia diuji dengan adanya Aksi Bela Islam yang dinilai mengikis reputasi kemoderatan Indonesia di mata dunia internasional.