Kamis (16/9) pagi, Magister Administrasi Publik (MAP) FISIPOL bekerjasama dengan Tallinn University of Technology, Estonia menyelenggarakan kuliah umum tentang Public Sector Innovation yang bertajuk Innovative Bureaucracy? The Role of The Government Innovation. Acara yang bertempat di Ruang Seminar MAP, FISIPOL Sekip mengundang Prof. Wolfgang Drechsler sebagai pembicara dalam kuliah umum tersebut. Prof. Drechsler merupakan Chair of Governance Tallinn University of Tehcnology sekaligus menjadi former Advisor to President of Estonia.
Dalam kuliahnya, Prof. Drechsler mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi saat ini terutama berkaitan dengan birokrasi dan inovasi. Beliau berpendapat bahwa saat ini kegiatan inovasi sendiri merupakan kegiatan yang bagus sekaligus sangat penting bagi masyarakat secara umum terutama mengingat perkembangan teknologi yang semakin cepat.
Meski demikian, dalam kasus birokrasi dan terutama dikaitkan dengan inovasi, seringkali tidak sinkron. Terutama jika mengacu pada pendapat para pengusul teori birokrasi klasik seperti Max Weber.
“Dalam logika negara (birokrasi), perubahahan atau dalam hal ini inovasi dinilai tidak bagus tetapi bukan tidak penting. Bagi mereka stabilitas lebih penting daripada adanya perubahan,” ujarnya.
Selain memberikan penjelasan mengenai masalah ketidaksinkronan, beliau juga menekankan pada pemaknaan inovasi yang cenderung mengarah pada fenomena ekonomi bukan teknologi.
“Inovasi saat ini bukan dimaknai sebagai membuat sesuatu yang baru dan bukan juga sebuah teknologi baru. Inovasi sesungguhnya merupakan sebuah cara untuk mengenalkan produk kepada pasar,” ungkap Prof. Drechsler yang saat ini juga menjadi Senior Analyst in The United States Congress.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Menurut Prof. Drechsler, inovasi yang dilihat sebagai fenomena ekonomi merupakan efek dari pendekatan inovasi Schumpetarian yang diamini dalam melihat inovasi dalam sektor publik dan birokasi secara khusus. Ada dua hal yang ditekankan dalam pendekatan ini. Pertama inovasi dilihat sebagai fenomena ekonomi bukan teknologi. Kedua, keberhasilan inovasi itu dinilai dari seberapa jauh sebuah produk diintrodusir dan ditangkap oleh pasar. Selain itu, saat ini terutama dalam era perkembangan teknologi dan globalisasi yang sangat cepat sehingga aktor negara saat ini menjadi sangat kompetitif.
Oleh karena itu, Prof. Drechsler menilai bahwa saat ini inovasi dalam sektor publik seolah-olah kehilangan esensi kepublikaannya. Ia hanya sekadar menjadi agenda bisnis bukan lagi dinilai sebagai agenda bagi ‘demi publik itu sendiri’.
“Inovasi dalam hal ini (sektor publik) sekarang seolah-olah, direduksi menjadi sekadar promosi untuk mengenalkan kepada pasar,” tuturnya. (D-OPRC)