Duta Besar Jepang untuk Indonesia Masafumi Ishii menegaskan tahun 2018 adalah kesempatan emas bagi Indonesia dan Jepang untuk meningkatkan kerja sama. “Untuk merayakan hubungan bilateral Indonesia-Jepang yang ke-60, kita perlu meningkatkan kerjasama di berbagai area. Tugas kami saat ini, bersama dengan pemerintah Indonesia, adalah menciptakan kondisi yang bersahabat,” ujar Dubes Ishii. Komitmen ini diungkapkan dalam Ambassadorial Lecture bertajuk “Kerja Bersama, Maju Bersama: Japan-Indonesia Strategic Partnership” Senin (20/11) yang diadakan Global Engagement Office (GEO) Fisipol bersama dengan Kantor Urusan Internasional (KUI) UGM.
Dubes Ishii menegaskan kerjasama Indonesia-Jepang ini memiliki modal yang bagus dengan adanya minat belajar Bahasa Jepang. “Saat ini, terdapat kurang lebih 745.000 peminat Bahasa Jepang di Indonesia, kedua terbanyak di dunia. Pembelajaran Bahasa Jepang berjalan dengan sangat baik di sini, sekarang ada 2.400 institusi yang mengajarkannya,” ungkap Dubes Ishii.
Oleh karena itu, Jepang berusaha untuk meningkatkan keadaan saat ini dengan membuat Nihongo Partners Program dengan mengirimkan 150 warga negara Jepang ke Indonesia untuk membantu pengajaran bahasa Jepang, salah satunya di Indonesia. “Kemarin saya sempat mengunjungi mereka. Ternyata, mereka sangat terkesan dengan kuatnya niat pelajar di Indonesia.”
Sepekan sebelumnya, Presiden Joko Widodo dan Perdana Menteri Shinzo Abe telah bertemu dan sepakat untuk merayakan ulang tahun ke-60 hubungan bilateral kedua negara, salah satunya dengan kunjungan bilateral serta perayaan selama setahun. Beberapa rangkaian acaranya adalah upacara pembukaan di Jakarta pada Bulan Januari, disusul pertandingan persahabatan sepak bola antara Jepang dan Indonesia di Bekasi, Jakarta Japan Matsuri dan Japan Music Festival di Bulan September.
Di ranah high politics, Dubes Ishii menegaskan bahwa Indonesia dan Jepang memiliki kepentingan yang sama, salah satu yang paling penting adalah navigasi bebas dan aman di laut. Kebijakan ini terkait juga dengan keharusan Jepang untuk mengimpor 60% makanan. “Kami perlu membangun hubungan dengan negara yang memiliki pikiran yang sama dalam bingkai ekonomi pasar bebas. Indonesia adalah negara yang terbesar dan paling terpercaya di kawasan ASEAN,” ujar Dubes Ishii meyakinkan.
Ancaman yang dihadapi oleh Jepang pertama berasal dari agresivitas Cina. Dubes Ishii menegaskan, apa yang terjadi di Laut Cina Timur bisa juga terjadi di Laut Cina Selatan. Oleh karena itu, Jepang kini juga mengadopsi Strategi Indo-Pasifik yang mencakup Laut Cina Timur dan Selatan, dan wilayah perairan di luar wilayah Asia Timur. Ia juga menegaskan bahwa hubungan dengan Cina, di saat yang sama, juga membaik. “Jepang ingin hidup berdampingan dengan Cina sebagai mitra terbesarnya, ingin sejahtera bersama Cina. Mereka adalah pasar yang sangat besar untuk Jepang. Tetapi, kami tidak ingin diperintah oleh Cina. Kerjasama dengan Indonesia dan negara-negara lain sangat penting untuk kami,” katanya.
Di bidang ekonomi, Dubes Ishii menyatakan perlunya bagi Indonesia untuk menciptakan keadaan yang baik untuk investasi. Dari tahun 2013 hingga tahun 2016, posisi Indonesia sebagai tujuan investasi terpopuler di Jepang menurun dari urutan pertama ke urutan ketiga. Padahal, proyek investasi asing langsung (FDI) dari Jepang tahun lalu mencapai $5,4 miliar, dan kini terdapat 3.300 proyek di Indonesia. “Kita harus merealisasikan fasilitasi investasi, need to be nice kepada investor.” Selain itu, ia mengatakan bahwa Indonesia adalah sasaran bantuan asing pemerintah (ODA) kedua setelah India. “ODA Jepang diimbangi juga oleh kualitas. Beberapa saat yang lalu saya mengunjungi Palembang, dimana saya menemukan Jembatan Ampera yang dibangun dengan bantuan Jepang. Sampai hari ini keadaannya masih baik dan aman,” kata Dubes Ishii, sembari mengumumkan jargon investasi Jepang, 3T 2W (Top Quality, Trustworthy, Transparent = Win-Win).
Dubes Ishii juga mengingatkan audiens bahwa pelajar Indonesia hanya membentuk 2% dari total pelajar asing di Jepang. “Coba lihat Vietnam, jumlah pelajar mereka di Jepang mencapai 22,4%. Tentu saja itu pilihan Anda. Ada ruang untuk perbaikan dan pengembangan, tetapi Anda bisa memikirkannya,” pungkas Dubes Ishii. (/KOP)