Yogyakarta, 6 November 2020—Career Development Center (CDC) FISIPOL UGM kembali mengadakan diskusi bertajuk “Job Hunters: Aku Harus Bagaimana”. Diskusi tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara webinar Mental Health Society CDC FISIPOL UGM. Acara ini diadakan CDC dalam rangka memberikan tips untuk mengelola stress dan perencanaan karir di masa pandemi. Dalam kesempatan tersebut, hadir menjadi pembicara yaitu Emanuella Reika, Senior Partnership Event Specialist Nusa Talent, dan juga Galuh Setia, Psikolog STIPSI Yogyakarta sekaligus sebagai Praktisi HR.
Mengawali pemaparannya, Reika berbicara banyak mengenai personal branding, tips mengelola LinkedIn dan juga interview yang baik. Pengalamannya di Nusatalent sebagai Job Platform membuatnya bercerita banyak tentang bagaimana Nusatalent menjadi jembatan antara job seekers dan perusahaan. Sebelum memberikan tips tentang personal branding di LinkedIn, Reika menyampaikan tentang pentingnya mengenali diri sendiri. “Paling tidak kita harus tau value apa yang bisa kita jual, apa yang kita butuhkan, dan bagaimana rencana ke depannya,” terang Reika.
Value yang dimaksud Reika yaitu apa saja yang membedakan diri kita dengan individu yang lain. Menurutnya, setidaknya terdapat tiga hal yang dapat dianalisis untuk menemukan value tersebut. Ketiganya yaitu skills, experience, dan accomplishment. Selain itu, menurut Reika penting untuk tahu value dan need agar dapat berekspektasi dengan baik. “Jadi ketika kita sudah lulus dan cari kerja, minimal kita ‘menjual diri’ dipekerjaan agar bisa memenuhi kebutuhan kita saat itu,” imbuhnya.
Untuk memulai berelasi dan mencari pekerjaan yang sesuai, Reika memberikan beberapa tips dalam mengelola akun LinkedIn secara professional. Menurutnya, konsep LinkedIn hampir sama seperti platform belanja online yaitu pembeli, dalam hal ini para pencari kerja, akan melihat harga dan kualitas yang ditawarkan. Reika mengungkapkan bahwa setidaknya 88% penggunaan foto dalam LinkedIn/CV belum secara professional. Padahal, menurutnya hal tersebut sangat penting bagi tampilan LinkedIn kita. “LinkedIn kan platform dunia professional, maka fotonya juga harus professional,” ujarnya.
Selain itu, aspek lain seperti background yang harus disesuaikan dengan keahlian atau keterampilan juga harus diperhatikan. Tidak kalah penting dari itu yaitu poin “about” yang harus menceritakan tentang diri kita sendiri. Menurut Reika, terdapat empat poin yang penting untuk membuat “about” yang menarik. Pertama, yaitu purpose, yaitu memiliki visi ke depan yang dihubungkan dengan rencana jangka pendek atau jangka panjang. Kedua, pengalaman, yaitu hal-hal yang sudah dilkukan dan bisa menjual seperti pendidikan, organisasi, dan pengalaman lainnya. Ketiga, skills, yaitu keahlian atau keterampilan lain. Keempat, I believe, yaitu menjadi bagian penutup yang dapat menyimpulkan deskripsi diri sendiri. Dalam penutupan ini dapat menggunakan motto dan hal lain sesuai preferensi masing-masing individu.
Kemudian untuk menanggapi fenomena strees di masa pandemi ini, Galuh Setia memparakan materi terkait Managing Stress in Career Preparation. Hal tersebut penting untuk memaksimalkan potensi diri dalam berkarir di masa pandemi. “Karena pada dasarnya, persiapan karir itu sebetulnya tugas perkembangan terbesar manusia ketika sudah memasuki usia remaja akhir atau dewasa awal,” terangnya. Sehingga, menurutnya wajar jika kemudian banyak yang merasa takut, tegang, dan khawatir mengenai perencanaan karir. Menurut Galuh, ketakutan-ketakutan yang muncul sangat berkaitan dengan sejauh mana perencanaan karirr dan latar belakang sosial dari masing-masing individu.
Hal tersebut dijelaskan galuh merupakan akibat dari gap atau kesenjangan antara ekspektasi dan realitas. Kesenjangan itulah yang kemudian mengakibatkan perasaaan cemas dan memicu stress. Maka dari itu, Galuh memberikan saran untuk meminimalisir kesenjangan antara ekspektasi dan relitas tersebut. Langkah tersebut bisa dilakukand engan meningkatkan mood, memanfaatkan lingkungan sosial, dan kembali pada tujuan awal. (/Ann)