Keluarga Alumni Fisipol Gadjah Mada (Kafispolgama) menyelenggarakan public lecture dan coaching clinic bertajuk “I-Talk: What We Can Do To Make The World Better.” Kegiatan yang diselenggarakan pada Sabtu (16/12) di Auditorium Lantai 4 Gedung BB Fisipol UGM ini menghadirkan MenteriSekretaris Negara, Prof. Pratikno sebagai keynote speaker. Selain itu, acara ini juga mengundang Menteri Luar Negeri, Retno L. P. Marsudi, Arwandrija Rukma, Muhammad Fikri, Ria Papermoon, Agni Pratama, dan Niken Widiastuti sebagai pembicara dalam public lecture. Acara yang mengambil tagline “Find Your Own Path: Adaptasi Tantangan Global melalui Aksi Lokal” ini diharapkan dapat memberi dorongan dan inspirasi dari para alumni pada mahasiswa untuk menyongsong masa depan.
Dalam pidato pembukanya, Prof. Pratikno menyampaikan adanya transisi workforce dalam era disrupsi. “Dalam era disrupsi ini, banyak terjadi perubahan. Perusahaan mapan ada yang bankrut dan ada pula jenis perusahaan baru yang tidak terbayangkan sebelumnya saat ini menjadi bisnis yang besar,” kata Pratikno. Atas hal ini, Pratikno menekankan Fisipol sebagai pendidikan harus berperan aktif dan tanggap terhadap perubahan yang terjadi. “Tapi sebagai orang sospol, tetap terdapat skill yang dibutuhkan, yaitu complex problem solving dan critical thinking,” ungkapnya. Lebih lanjut ia juga menyinggung aktivisme pemuda saat ini. “Aktivis zaman now itu ya jadi sociopreneur,” ujar Pratikno.
Sesi kuliah umum dimulai dengan Arwandrija Rukma, Direktur Kebijakan RARE, sebuah non-governmental organization (NGO) yang bergerak dalam bidang kelautan dan perikanan. Dalam sesinya, ia menekankan bahwa adanya perubahan perilaku adalah hal vital dalam melakukan perubahan. “Menjadi tau, sadar, ataupun yakin itu tidak ada artinya kalau tidak dipraktekkan,” ungkap Arwandriya. Lulusan Departemen Ilmu Hubungan Internasional tahun 1989 ini juga menekankan pentingnya “your pathway is your passion”. Bahwa dengan menjadikan passion sebagai jalan hidup, pekerjaan akan terasa menyenangkan karena sesuai dengan hati.
Pembicara kedua adalah Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, Retno Marsudi. Dalam sesinya, Retno menjelaskan banyak hal dalam profesi diplomat. “Range pekerjaan diplomat itu luas. Tidak hanya negosiasi, diplomasi, membuat draf kebijakan, tapi juga sampai urusan jamuan makan malam,” ungkap mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk Norwegia ini. Retno juga menekankan dalam menjadi diplomat, seseorang harus memiliki kebanggaan dengan Indonesia dan memiliki rasa pluralisme yang tinggi. Selain itu, mahasiswa juga diharapkan siap berkompetisi, tidak hanya dalam tatataran nasional, namun juga dunia. Bagi Retno, hal terpenting ketika memutuskan untuk berkarir adalah ask your heart. “Tanya hatimu, kemana kamu ingin pergi. Ketika kamu sudah sampai pada titik itu, do it with your heart,” pungkas Retno.
Pembicara selanjutnya adalah Muhammad Fikri, Head of Community Management Bukalapak.com. Fikri yang merupakan alumnus Departemen Ilmu Komunikasi ini mengatakan tantangan terbesar bekerja dalam sektor small-medium enterprise (SMEs) adalah daya saing yang tinggi dan pemasaran. Namun, terlepas dari hal tersebut, berkarya dan bekerja di bidang UMKM juga memiliki peluangnya tersendiri. “90 persen lebih dari unit usaha di Indonesia adalah UMKM, sehingga peluang UMKM di Indonesia sangatlah besar,” ungkap Fikri.
Founder dan Co.Artistic Director Papermoon Puppet Theatre, Maria Tri Sulistiyani menjadi pembicara selanjutnya. Maria, yang akrab disapa Ria, merupakan alumnus Departemen Ilmu Komunikasi tahun 1999. Teater boneka Papermoon sendiri telah berdiri sejak sebelas tahun silam. Dalam karya-karyanya, teater boneka ini mengambil cerita sehari-hari yang dekat dengan kehidupan dengan isu-isu sosial politik di dalamnya. Melalui perjalanan karirnya, Ria berpesan untuk memperluas jejaring pertemanan. “Bergaullah seluas-luasnya,” pungkas Ria.
Pembicara selanjutnya adalah Agni Pratama yang merupakan Vice President of Business Development LiMa Group. Dalam kesempatannya, Agni mengatakan bahwa bidang enterpreneur merupakan salah satu cara terbaik untuk mendorong perubahan di tingkat global maupun lokal, terlebih social impact saat ini marak menjadi basis enterpreneurship. Kelompok-kelompok start-up di Indonesia sangatlah potensial dan sangat kontributif. Namun, di tengah jalan, tidak jarang banyak startup yang gagal karena tidak didukung ekosistem yang baik dan pengetahuan mumpuni mengenai value chain. Inilah yang kemudian dilakukan oleh Agni, yaitu menjadi bagian dari perusahaan yang memberikan investasi pada startup yang memiliki dampak sosial. Selain itu, Agni juga menjadi jembatan startup terhadap institusi pemerintah, misalnya saja Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Mengenai value chain, Agni merasa Fisipol harus memberikan pengajaran khusus mengenai hal ini. “Karena value chain ini penting dalam tiap lini,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kemkominfo, Niken Widiastuti, menjadi pembicara terakhir dalam sesi kuliah umum. Alumni Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) ini menjelaskan mengenai pentingnya saring sebelum sharing di media sosial. Ia mengatakan, kebebasan berekspresi di dunia maya tidak dibarengi dengan etika yang cukup, hasilnya persatuan sebuah negara bisa jadi terancam. Kondisi komunikasi yang terjadi saat ini adalah banyaknya hoax maupun ujaran kebencian. Hal ini dapat memicu masyarakat untuk tidak memiliki kepercayaan kepada pemimpinnya. “Transformasi media saat ini terjadi karena adanya perkembangan teknologi informasi yang mengubah pola pikir, sikap, serta tindakan dalam mengakses serta mendistribusi informasi,” ungkap Niken. Masyarakat harus jeli dan selalu melakukan check and recheck sebelum menerima informasi dan menyebarkannya. “Dengan hal ini, kita semua bisa mengambil peran untuk membuat dunia menjadi lebih baik,” pungkas Niken.