Sebagai bagian dari update bilateral hubungan Uni Eropa dengan Indonesia, kuliah umum duta besar kembali digelar oleh Institute of International Studies (IIS) dengan mendatangkan Vincent Guerend, Pimpinan Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam. Bertempat di Convention Hall 4 Perpustakaan Mandiri FISIPOL UGM, Rabu, (1/11), kuliah umum membahas implementasi strategi global Uni Eropa (UE) serta dampaknya pada Indonesia. Sebelumnya, IIS juga telah mendatangkan Duta Besar Indonesia untuk Uni Eropa, Belgia, dan Luksemburg, Yuri O. Thamrin dalam acara serupa. Diskusi dimulai dengan sambutan Dr. Paripurna Poerwoko selaku Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Alumni, dilanjutkan oleh pemaparan materi mengenai European Union (EU) Global Security Strategy oleh Vincent Guerend.
Dinamika global yang semakin menantang mendorong orang untuk bertanya, apakah Uni Eropa punya rencana? “Ya,” jawab Guerend dengan mantap. Kesiapan ini ditunjukkan dengan EU Global Security Strategy yang diadopsi pada Juni 2016, sesaat setelah Brexit. Ia menyatakan terdapat keperluan untuk mengembangkan kebijakan luar negeri baru berdasar empat indikator utama. Pertama, pelambatan ekonomi serta ketidaksenangan masyarakat secara umum terhadap perdagangan global. Kedua, politik internasional memunculkan pemain-pemain yang semakin dominan seperti Cina dan Rusia, dibarengi oleh kebijakan Amerika Serikat yang meninggalkan perjanjian-perjanjian internasional. Ketiga, secara demografis, Uni Eropa menghadapi tantangan migrasi secara masif, dan keempat, opini publik semakin berpengaruh ditunjukkan dengan meningkatnya populisme.
Di sisi lain, Guerend juga mengungkapkan optimisme dengan peningkatan integrasi regional seperti G7, G8, G20, dan MIKTA yang mengimbangi lambatnya perkembangan di Uni Eropa dan ASEAN. “Sebaliknya, G2 yang terdiri dari kerjasama Cina dan AS tidak bertahan lama. Dua kekuatan besar ini memang sama dalam hal ukuran geografis, tetapi tidak demikian dalam nilai dan orientasi. Meskipun tidak ada konfrontasi ideologis, tidak ada sesuatu yang dapat menyatukan keduanya,” ungkapnya.
Dalam keadaan ini juga, Vincent Guerend meyakinkan audiens bahwa Strategi Keamanan Global Uni Eropa adalah jawaban. Bukan hanya untuk melindungi masyarakat Eropa, tetapi juga berkontribusi pada perdamaian dunia sebagai salah satu dari tujuan Uni Eropa, seiring dengan kesejahteraan dan ketahanan demokrasi.
Usaha pencapaian tujuan ini dilakukan dengan engagement di berbagai forum internasional—yang bahkan sudah ditinggalkan AS—seperti UNESCO, JCPOA, serta Paris Agreement. “Kami ingin Uni Eropa berkomitmen pada tatanan global berdasarkan hukum internasional, hak asasi manusia, dan pembangunan berkelanjutan.” Dalam hal ini, Indonesia mendapatkan peran penting, dibuktikan dengan adanya penyebutan Indonesia secara spesifik dalam dokumen Strategi Kemanan Global UE. Saat ini, Indonesia sedang menegosiasikan Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA), menjadikannya satu-satunya negara di Asia yang akan memiliki pakta perdagangan dengan Uni Eropa. Indonesia juga memainkan peran pemimpin di Asia Tenggara terutama dengan ancaman yang diberikan oleh Cina di Laut Cina Selatan.
Diskusi dilanjutkan di bawah panduan Muhadi Sugiono, salah satu dosen dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional. Ia menyatakan saat ini merupakan saat yang paling menarik untuk belajar mengenai Uni Eropa. Bagaimana Uni Eropa melakukan penyesuaian ke keadaan global saat ini menjadi pertanyaan yang menarik. Guerend menanggapi, Uni Eropa berusaha untuk bekerjasama dengan berbagai negara penting di dunia termasuk Indonesia. Ia mencontohkan dialog bilateral Indonesia-Uni Eropa dalam bidang counterterrorism, pelibatan anggota TNI dalam misi sipil anti-pembajak laut di Somalia, serta peran Indonesia dalam dialog dengan ASEAN. Sesi tanya jawab juga semakin menunjukkan betapa pentingnya hubungan Uni Eropa dengan Indonesia. Guerend menyampaikan kepada audiens bahwa Indonesia telah mengeluarkan pernyataan untuk tidak mengakui kemerdekaan Katalonia, sejalan dengan posisi Uni Eropa. Di sisi lain, rendahnya perdagangan Uni Eropa dengan Indonesia dibandingkan dengan Malaysia dan Vietnam mendorong Uni Eropa untuk membentuk CEPA.
Setelah berdiskusi kurang lebih setengah jam, kuliah umum ini ditutup dengan pemberian cenderamata kepada Dubes Guerend pada pukul 12.08, disertai sesi foto.