Perkembangan teknologi dan digitalisasi tengah memengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia di berbagai negara, termasuk dalam ranah hubungan antarmanusia dengan keadaan yang ada disekitarnya. Kondisi ini yang kemudian melahirkan sebuah website crowdfunding yang kini dikenal dengan nama Kitabisa.com. Kitabisa hadir dengan konsep website crowdfunding sebagai tempat untuk menghubungkan ide-ide sosial untuk memecahkan permasalahan-permasalahan sosial.
“Kitabisa.com merupakan website untuk berdonasi dan menggalang dana secara online. Siapa saja, mulai dari individu, komunitas, yayasan hingga organisasi dapat memulai kampanye (campaign) penggalangan dana di Kitabisa untuk berbagai kategori seperti bantuan medis, beasiswa & pendidikan, membangun rumah ibadah, dan lain-lain,” ujar Alfatih Timur CEO Kitabisa, mengawali public lecture AYIEP 2017.
Kitabisa hadir secara maya sejak Juli 2013, menjadi yayasan resmi di tahun 2014, dan tahun 2015 tim Kitabisa.com baru benar-benar bekerja full-time mengembangkan platform ini dengan mendirikan PT Kita Bisa Indonesia.
Salah satu cerita kesuksesan yang dibagikan Timmy (sapaan akrab Alfatih) ialah Pak Roger, Legenda Institut Pertanian Bogor (IPB). Pak Roger sudah 13 tahun menjadi pedagang asongan di IPB. Beliau sangat ingin pergi ke tanah suci. Kondisi Pak Roger yang hanya berdagang asongan membuat mimpi berangkat umrah menjadi tidak mungkin untuk Pak Roger. Karena patungan netizen, Pak Roger bisa berangkat umrah di tahun 2016 lalu. Selain itu, donasi yang terkumpul Rp. 136.105.387 digunakan Pak Roger untuk membuka usaha warung sembako dan biaya pendidikan anak-anaknya.
“Disini kami melihat bagaimana anak-anak muda ikut andil dalam menentukan nasib bangsanya. Mereka turun tangan dalam pembuatan campaign kemudian mempromosikannya kepada kelompok masing-masing karena donatur kebanyakan berasal justru dari lingkungan sekitar si pembuat campaign” jelas Timmy.
Dalam dunia crowdfunding, berkembang istilah peerfunding, yang berarti para pemilik proyek yang melakukan kampanye sebaiknya juga melakukan kampanye kepada lingkaran terdekatnya, entah itu teman, kerabat, rekan kerja, dan lain-lain. Bantuan dari peer ini akan lebih cepat datang daripada crowd biasa. Selain itu, yang juga penting adalah bantuan dari peer dapat menjadi pemicu (trigger) agar crowd lebih banyak membantu.
Lebih lanjut ia menjelaskan, Kitabisa sebagai bagian dari demokrasi 2.0 dimana masyarakat menentukan nasib ditangannya sendiri dan berdampak nyata terhadap perubahan. Sementara itu, dalam pembuatan kampanye, Timmy menegaskan bahwa tulisan yang mengandung ikatan emosi sangat berpengaruh terhadap jumlah donasi.
“Berdasar pengalaman di Kitabisa, donasi yang sukses dapat menggunakan public figure sebagai endorser, membuat video yang keren dan tidak membosankan, membuat penjelasan proyek yang singkat, padat, dan mengalir, serta mencantumkan logo, tagline, dan kata-kata kunci penting dalam penjelasan proyek,” jelas Timmy.
Sementara itu untuk memvalidasi sebuah kampanye, Timmy menjelaskan bahwa setiap pengguna yang akan menggalang dana harus memberikan dokumen seperti scan KTP, foto diri, nomor rekenung, dan social media credential. Jika penggalang dana akan mencairkan donasi yang terkumpul di kitabisa, mereka harus memberikan update/laporan beserta bukti yang akan terkirim ke semua email donatur.
“Untuk membangun dan menjaga Kitabisa dibutuhkan kesabaran, konsistensi dan partner yang sevisi. Kami berharap semakin banyak #orangbaik yang bergabung untuk memberikan perubahan lewat Kitabisa.com,” tutup Timmy. (/dbr)