Yogyakarta, 15 November 2021─Konvensi Nasional XII Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia (AIHII) dengan tema “Mengarusutamakan the Global South: Reorientasi Studi Hubungan Internasional Indonesia” diselenggarakan secara daring di Departemen Ilmu Hubungan Internasional Fisipol UGM. Acara berlangsung pada 15-16 November 2021 melalui Zoom meeting, dan dihadiri oleh para dosen dan akademisi Ilmu Hubungan Internasional di Indonesia.
Ketua Panitia Konvensi Nasional AIHII 2021, Muhammad Rum, mendorong solidaritas negara-negara selatan dan semangat emansipasi sebagai agenda reorientasi studi hubungan internasional. Rum juga berharap agar produksi ilmu pengetahuan yang berakar dari sudut pandang dan pengalaman negara-negara selatan mampu memperkaya khasanah ilmu pengetahuan.
“Ilmu Hubungan Internasional yang kita kembangkan harus mampu merepresentasikan aspirasi untuk mendorong terciptanya keadilan dalam sistem politik internasional, memberdayakan kapasitas agensi dari negara-negara berkembang dan mewujudkan visi kesejahteraan bersama,” ucap Rum, dalam sambutannya.
Pada hari pertama, diselenggarakan seminar nasional dengan pembicara Mohtar Mas’oed dari Universitas Gadjah Mada, Tirta Nugraha Mursitama dari Universitas Bina Nusantara, dan Melyana Ratana Pugu dari Universitas Cendrawasih. Mohtar memaparkan tentang popularitas global south sebagai bahasan penting dalam urusan internasional. Istilah global south ini merujuk pada bangsa-bangsa jajahan yang berlokasi di sebelah selatan dari negara penjajah. Mohtar menyampaikan terdapat tiga pengertian mengenai global south.
“Pertama dipakai untuk menyebut satu kawasan, kedua disebut untuk mereka yang terlibat dalam gerakan, dan ketiga dipakai untuk merujuk pada perlawanan terhadap kapitalisme neo-liberal,” tutur Mohtar.
Lebih lanjut, Tirta merefleksikan apa yang sudah dikerjakan oleh para ilmuwan HI selama ini terkait riset dan publikasi. Menurut dataset dalam 20 tahun terakhir, terdapat tujuh jurnal HI di Indonesia yang dimuat di SINTA 2 dengan hampir 1000 artikel di dalamnya. Tirta mengatakan bahwa potensi riset dan publikasi tentang HI ke depan masih pada aspek security, military, dan governance.
Sementara itu, Melyana mengangkat isu papua dan dukungan internasional pada kajian politik intermestik dalam kerangka the global south. Melyana menerangkan mengenai latar belakang kondisi Papua terutama masalah kemiskinan, infrastruktur, kesehatan, pendidikan, dan ekonomi. Menurutnya, stabilitas dalam negeri termasuk Papua akan terjamin oleh negara apabila tidak ada operasi militer dan semacamnya seperti kasus yang pernah ada.
“Rakyat tidak akan pernah menang melawan negara, sebaliknya, rakyat perlu dilindungi karena rakyat bukan lawan dan bukan musuh,” ucapnya.
Setelah seminar nasional berakhir, acara selanjutnya adalah sosialisasi komunitas-komunitas epistemik AIHII dan diskusi panel. Kemudian, pada hari kedua, mengakhiri rangkaian acara Konvensi Nasional AIHII 2021, dilaksanakan tiga sidang komisi dan dilanjutkan dengan sidang pleno.