Komisi Pemilihan Umum RI menggalang aksi pemilu anti Hoax, anti SARA dan anti Politik Uang bersama Fisipol UGM. Diskusi yang bertajuk ‘Pemilu di Era Digital: Peluang dan Tantangannya’ ini menyasar kalangan mahasiswa di Fisipol UGM (20/10).
Arif Budiman Ketua KPU RI hadir sebagai Keynote Speaker; Dahnil Anzar Simanjuntak Koordinator Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto – Sandiaga Uno; dan Aria Bima Direktur Pemenangan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo dan Ma’ruf Amin sebagai Narasumber.
“Untuk itu KPU menyalurkan sosialisasi mengenai pemilu yang anti Hoax, anti SARA dan anti Politik Uang melalui sosial media agar mudah diserap masyarakat”, kata Arif Budiman.
Kontestasi atas media sosial sebagai ruang publik semakin ketat di tengah konteks politik ini. Isu – isu yang muncul antar pendukung salah satu paslon capres tidak selalu berbau kebenaran yang akhirnya menimbulkan Hoax, bahkan menggunakan isu SARA sebagai strategi pemenangan.
“Regulasi mengenai penyalahgunaan internet kalah cepat dengan perkembangan dunia digital”, kata Aria Bima Direktur Pemenangan Tim Kampanye Nasional Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Menurutnya, dunia digital saat ini berkembang dengan regulasi yang stagnan. Hoax bukan satu – satunya masalah yang harus diperangi, melainkan juga black or negative campaign.
“Di era internet ini, membuat orang berpikir hanya sebatas 200 karakter saja”, kata Dahnil Anzar Simanjuntak Koordinator Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto – Sandiaga Uno.
Menurutnya, minimnya minat baca masyarakat pun juga turut didukung dengan adanya internet saat ini. Masyarakat seolah menjadi tidak kritis dengan segala informasi yang ada di media sosial, mudah menerima segala sesuatu yang ada di media sosial.
Akibatnya, munculah disintegrasi yang di tengarai karena tidak adanya akal sehat. Debat yang muncul di tengah masyarakat merupakan debat gimmick, karena yang muncul adalah manipulasi etika.
“Politik di Indonesia saat ini adalah politik fans club. Bukan politik akal sehat”, imbuh Dahnil.
Menurutnya Dahnil, masyarakat harus menggunakan akal sehat dalam menyikapi dunia digital saat ini, apalagi di era kontestasi politik saat ini. Hal ini diperlukan agar masyarakat menjadi pemilih yang cerdas. Ia juga menawarkan bahwa debat capres dan cawapres sebaiknya dilaksanakan di kampus – kampus dengan tujuan agar terciptanya diskursus tentang perbedaan dan dapat dinilai langsung oleh akademisi dengan berbagai macam perspektif.
Dunia politik saat ini tengah mendapat pengaruh bersar daro perkembangan era digital. Di mana media sosial menjadi tempat masyarakat tertentu untuk mengkampanyekan jagoan politiknya dalam sebuah pesta demokrasi. Media sosial menjadi ruang publik yang minim pengendalian. Rasanya, pertukaran informasi saat ini menjadi sangat aktif dan cepat tanpa dibatasi sekat dan ruang. Baik positif maupun negatif. Kondisi inilah yang menjadi perhatian para pembicara di seminar ini. (/pnm)