
Yogyakarta, 15 Oktober 2020—Mata kuliah Dasar Jurnalisme Program Studi S1 Ilmu Komunikasi mengadakan pertemuan perkuliahan praktisi yang terbuka untuk umum. Dengan menghadirkan Fernan Rahadi—Redaktur Harian Republika dan Republika.co.id—sebagai dosen tamu, pertemuan ini secara khusus membahas topik “Peluang dan Tantangan Jurnalis di Era Multiplatform.” Kelas yang diadakan pukul 08.00 WIB ini dipandu oleh salah satu dosen mata kuliah Dasar Jurnalisme, Zainuddin Muda Z. M.
Setelah membuka pertemuan dengan penjelasan singkat mengenai materi yang akan disampaikan dalam kuliah praktisi kali ini, Zam pun selaku moderator menceritakan sedikit latar belakang dari Fernan. Zam kemudian mempersilakan Fernan untuk langsung menyampaikan materinya. Sebagai awalan, Fernan menyampaikan bahwa materi yang dibawakannya akan lebih banyak berkisar pada ranah praktis, bukan teoritis.
Fernan melihat era multiplatform sebagai bentuk lebih lanjut dari industri 4.0 di bidang media. Munculnya media multiplatform menunjukkan adanya perubahan mindset dan behavior. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana saat ini seorang wartawan harus bisa memenuhi tuntutan ketika memutuskan untuk masuk ke industri media—untuk tidak hanya memiliki kemampuan menulis, tetapi juga mengambil foto dan merekam suara. Perubahan ini juga dapat dilihat dari jenis peristiwa yang diberitakan. Jika dahulu berita melaporkan peristiwa yang sudah terjadi, sekarang berubah melaporkan peristiwa yang sedang, atau bahkan akan, terjadi—dilihat dari adanya laporan langsung peristiwa yang diperbarui tiap jam, bahkan menit. Kompetisi antarmedia pun meluntur. Saat ini yang ditekankan justru kolaborasi antarmedia, seperti dengan melakukan investigasi mendalam bersama-sama.
Ditambah lagi dengan kehadiran internet dan media sosial yang seakan seperti game changer, semakin banyak perubahan yang dirasakan. Fernan menceritakan bahwa media sosial yang awalnya kurang diterima oleh industri media, saat ini justru banyak digunakan untuk menyebarkan pemberitaan. Penggunaan media sosial ini diharapkan dapat memperluas jangkauan audiens sehingga suatu media dapat diakses dan dikenal oleh lebih banyak orang. Tidak sampai di situ, dalam konteks ini Fernan juga menceritakan momentum media sosial dan media jejaring dalam demokrasi dan politik.
Dari situ, Fernan kemudian menjelaskan mengenai peran media sosial dalam menentukan agenda setting atau isu. Media sosial semacam menjadi mainstream atau arus utama karena banyaknya isu yang diangkat di sana. Bahkan, media konvensional pun menjadikan media sosial sebagai sumber isu. Kemunculan buzzer dan influencer di media sosial juga memberikan pengaruh dalam agenda setting, sebab kedua golongan tersebut memang dibayar untuk membesarkan suatu isu di media sosial, jelas Fernan.
Lebih lanjut, Fernan memaparkan mengenai peluang dan ancaman yang dihadapi oleh industri media di era industri 4.0—era multiplatform—ini. Mengakhiri pemaparannya dengan penjelasan singkat seputar dampak pandemi COVID-19 bagi industri media, khususnya wartawan, Fernan pun memberikan sebuah quotes sebagai penutup sesi materi. Selama membawakan materi, Fernan banyak menceritakan pengalaman dan pengamatannya yang berkaitan dengan poin-poin yang ia sampaikan.
Sebelum masuk ke sesi tanya-jawab dan diskusi, Zam secara singkat menyampaikan ulang beberapa poin yang ia highlight dari penjelasan Fernan. Zam dan beberapa mahasiswa juga memberikan tanggapan dan pertanyaan, yang dijawab dengan detail dan rinci oleh Fernan. Setelah Fernan menjawab pertanyaan terakhir dari salah satu mahasiswa, Zam pun mengajak seluruh peserta kuliah untuk berfoto bersama. Kuliah Praktisi Dasar Jurnalisme kali ini resmi diakhiri pukul 09:36 WIB. (/hfz)