Laila Hanifah, Presenter dalam The Asia-Pacific Conference on the Climate Change, Human Mobility, and Human Rights Nexus

Yogyakarta, 24 November 2022–Mahasiswi Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Laila Hanifah, berhasil menjadi paper presenter dalam The Asia-Pacific Conference on the Climate Change, Human Mobility, and Human Rights Nexus pada Oktober lalu. Dalam konferensi yang diadakan di Bangkok, Thailand itu, Laila mempresentasikan makalahnya yang berjudul “Women, Peace, and Security Agenda as a ‘Brand New’ Framework for Mitigating Climate Change in Indonesia”.

Konferensi yang diadakan oleh Raoul Wallenberg Institute bertujuan untuk menjadi wadah menghimpun ide serta gagasan dari berbagai pihak dengan bermacam latar belakang. Para akademisi, NGO, hingga pihak pemerintahan berkumpul untuk berbicara mengenai perubahan iklim. Laila yang memiliki ketertarikan dengan dunia riset merasa bahwa ada potensi bahwa studi yang ia minati dapat dibicarakan melalui perspektif perubahan iklim. “Jadi, aku mencoba menantang diriku untuk lebih berani menyampaikan gagasan secara saintifik,” ungkap Laila ketika wawancara pada Rabu (23/11).

Dalam menyusun makalahnya, Laila menghadapi banyak tantangan, terutama karena penelitian dari sudut pandang yang digunakan olehnya masih belum banyak digunakan. Laila harus bekerja keras mencari best practice serta bukti-bukti empiris yang ada. Makalah Laila berbicara soal proses mitigasi perubahan iklim yang harus bersifat gender responsive dan melibatkan partisipasi perempuan. Laila melihat bahwa gerakan perempuan yang terorganisasi memiliki potensi untuk menjadi aset mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Terlebih, perempuan termasuk dalam kelompok yang rentan terhadap dampak perubahan iklim.

Tantangan Laila tak berhenti ketika makalahnya selesai. Menjadi presenter juga memberi tantangan tersendiri bagi Laila, terlebih ketika mengetahui bahwa presenter lainnya didominasi oleh para senior. “Aku takut aku enggak cukup baik di depan para senior ini,” kata Laila. Namun, Laila justru menemukan kehangatan dan merasa diterima dengan baik oleh para presenter lainnya.

“Aku merasa suasananya hangat karena aku merasa mendapat guru baru. Kita saling belajar dan mengapresiasi,” tukas Laila. Menurut Laila, akan sangat baik apabila kegiatan serupa terus dilakukan di masa depan.  Hal tersebut dapat menjadi wadah bagi terbukanya peluang yang lebih besar, entah berupa networking, rekomendasi kebijakan, maupun kolaborasi penelitian yang tentunya akan sangat bermanfaat bagi kehidupan bersama. (/tt)