Korps Mahasiswa Hubungan Internasional (KOMAHI) UGM (23/3) mengadakan Alumni Sharing yang bertempat di Ruang Multimedia, Gedung Yong Ma. Alumni Sharing ini mengundang dua alumni yaitu Prayoga Limantara (angkatan 2003) yang merupakan seorang diplomat di US-Political Security Affairs of Directorate America I dan Nanang Chalid (angkatan 1999) yang merupakan seorang HR Director and Country Head for Employer Brand Unilever Indonesia.
Dengan tema ‘Let’s Shape Your Future!’ kegiatan yang diadakan oleh Departemen Informasi dan Komunikasi (INKOM) KOMAHI UGM menjadi sarana untuk berdiskusi dan melihat peluang karir bagi lulusan Ilmu Hubungan Internasional di luar pekerjaan sebagai diplomat atau di Kementerian Luar Negeri. Acara dimulai dengan presentasi mengenai dunia kerja dan profesi yang dilakukan oleh kedua alumni. Bagi Nanang sendiri memiliki visi dan misi sejak kuliah menjadi hal yang penting. Visi dan misi ini bisa menjadi salah satu cara untuk memikirkan karir macam apa yang hendak dituju sejak awal kuliah. Menambah apa yang disampaikan Nanang, bagi Yoga gigih dan tangguh baik saat masa kuliah maupun saat seleksi pegawai bisa menjadi bekal yang baik didunia kerja.
Selain itu, Yoga juga menambahkan pentingnya memiliki keahlian seperti kemampuan akademik maupun soft skills seperti problem solving dan team work karena hal ini juga akan diaplikasikan saat bekerja. “Memang IPK tidak berpengaruh pada kualitas kerja, tetapi IPK adalah kompenen utama yang akan dilihat saat proses seleksi pegawai,” tambah Yoga menjawab pertanyaan yang kerap diajukan mahasiswa soal pentingnya IPK. Selain itu, beliau juga menekankan pentingnya menentukan target dan idealisme saat berkarir. Baginya mahasiswa perlu mempersiapkan diri dan memilih apakah dia ingin bekerja dengan big-salary,memiliki flexible hours, berkarir dengan jenjang yang cepat (fast career), risiko pekerjaannya rendah (low-risk) atau yang reputasinya tinggi (high-profile)? Target dan idealisme karir ini bisa menjadi indikator yang memudahkan saat mahasiswa ingin menentukan karir. Walau begitu, ia menekankan bahwa bahwa mahasiswa hanya bisa memilih dua atau tiga dari semua pilihan tersebut.
Mengenai relevansi hal yang dipelajari saat kuliah dengan pekerjaan, Nanang menyatakan bahwa ada beberapa hal yang memang tidak bisa didapatkan di dalam kelas. “Mengasah intuisi, tenang dan penuh pertimbangan saat ada masalah bukanlah hal yang akan didapatkan di ruang kelas. Tetapi hal tersebut tentu bisa dipelajari,” tutur Nanang.
Seperti pengalaman yang pernah ia alami dimana ketua serikat pabrik bersengketa dengan salah seorang karyawan pabrik. Saat ditelusuri, masalah awalnya hanya karena permasalahan pribadi yang terjadi yang membuat salah satu karyawan pabrik bermasalah dengan ketua serikat. Nanang lebih memilih untuk mencari informasi lebih dalam dan memahami duduk permasalahan sebelum membuat keputusan. “Hal itu didasari salah satunya karena apa yang didapatkan saat kuliah. Dengan iklim akademik yang kuat, mahasiswa terbiasa menganalisis, investigas dan mencari permasalahan lebih dalam.” Tambah Nanang. Menurut Nanang, pengalaman menganalisis saat kuliah ditambah dengan soft skill yang dimiliki dengan aktif diluar lingkungan akademik menjadi formula tepat yang akan sangat membantu saat menghadapi masalah di pekerjaan.(/fsa)