Mahasiswa Sosiologi Fisipol UGM: Belajar dari Perjalanan Hidup

Yogyakarta, 30 April 2021 – “Urip itu urup, bagaimana hidup tidak hanya untuk diri sendiri tetapi juga menghidupi orang-orang di sekitar kita,” begitulah prinsip hidup Muhammad Ibnu Azzulfa. Mahasiswa Sosiologi Fisipol UGM angkatan 2018 tersebut mengungkapkan keinginannya untuk terus bermanfaat bagi orang lain. Sebagai salah satu wujud kebermanfaatan tersebut, ia mengikuti ajang pemilihan Dimas Diajeng Kabupaten Sleman. Pada 9 April 2021, ia berhasil menjadi juara 1 atau dinobatkan sebagai Dimas Kabupaten Sleman tahun 2021. Dimas Diajeng sendiri merupakan program yang berada di bawah naungan Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman. Secara khusus, Dimas Diajeng disiapkan untuk menjadi role model bagi anak muda di Kabupaten Sleman agar lebih produktif dan berkegiatan secara positif.

Zul mengungkapkan kebahagiaannya dapat mengikuti ajang Dimas Diajeng ini. Menurutnya, Dimas Diajeng menjadi salah satu lomba yang cukup berbeda dari lomba yang lain. “Goalsnya tidak hanya di satu bidang, sehingga saya bisa belajar dari berbagai pengalaman orang lain yang nantinya dapat diajak untuk bekerja sama,” ungkap Zul. Selain itu, sebagai mahasiswa Sosiologi, Zul juga mengungkapkan keinginannya untuk berkontribusi lebih dan berperan aktif dalam pemberdayaan masyarakat.

Bercerita lebih lanjut terkait proses seleksi, Zul mengungkapkan bahwa dirinya sebetulnya telah mengikuti proses seleksi Dimas Diajeng sejak tahun 2020. Namun, pandemi yang melanda dengan berbagai peraturan yang berlaku cukup menghambat seluruh proses seleksi. Pasalnya, proses seleksi Dimas Diajeng tersebut terpaksa harus ditunda sampai waktu yang belum ditentukan. Namun, pada awal tahun 2021, acara tersebut dapat dilanjutkan kembali hingga hari penobatan. “Kemarin sempat mengikuti beberapa kegiatan, mulai dari karantina dan pembekalan hingga akhirnya sampai di tahap wawancara final dan hari penobatan,” imbuhnya.

Selama menjalani proses tersebut, Zul tidak menyangka dapat dinobatkan menjadi Dimas Diajeng 2021. Hal ini mengingat terdapat 15 pasang finalis lainnya dari berbagai latar belakang yang juga memiliki kelebihannya masing-masing. Selain itu, tekanan selama proses seleksi juga semakin menunjukkan suasana yang kompetitif. Meskipun begitu, Zul merasa telah mempersiapkannya dengan cukup baik. “Mengikuti Dimas Diajeng ini memang menjadi niatku sendiri tanpa ada paksaan dari pihak manapun,” tutur Zul. Menurutnya terdapat dua hal yang cukup berpengaruh dan membantu lancarnya proses seleksi. Pertama, ia merasa bahwa dengan adanya niat yang kuat dari diri sendiri akan membantu mengarahkan individu untuk berjalan ke arah yang tepat. Kedua, bagaimana memposisikan diri yang terbaik sesuai dengan apa yang kita ketahui tentang diri sendiri. Ketika seorang individu mengetahui keunggulannya, maka ia dapat memaksimalkan potensi yang dimiliki untuk memaksimalkan setiap kegiatan yang diikuti.

Dalam rangka pengembangan dirinya, Zul juga berbagi pandangannya terkait passion. Meskipun sebenarnya masih dalam tahap proses mencari tahu, namun ia selalu berusaha mengambil hikmah di balik setiap perjalanan hidupnya. “Proses menjalani hidup itu naik turun pasti ada, tapi kita bisa mengenali diri kita sendiri lewat proses dan pengalaman yang suda berlalu,” tuturnya. Sehingga, menurut Zul, passion dapat ditemukan melalui identifikasi pengalaman yang sudah berlalu dan hal-hal yang sekiranya akan dilakukan kedepannya.

Meskipun memiliki target jangka pendek maupun jangka panjang, Zul juga mengungkapkan bahwa dirinya cenderung mengalir dalam menjalani setiap proses dan mencapai setiap impian di hidupnya. Menurutnya ambisius memang diperlukan, namun jangan sampai ambisi tersebut justru menghambat diri sendiri dan membatasi seseorang untuk berkembang. “Jangan sampai terpaku pada satu hal saja sampai melupakan hal-hal lainnya, termasuk campur tangan Tuhan di dalamnya,” pungkasnya. (/Ann)