Setiap lima tahun sekali, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) bersama Direktorat Sejarah, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menggelar Konferensi Nasional Sejarah X (KNS X). Tahun ini, KNS X digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, sejak tanggal 4-7 November 2016. Mengambil tema “Sejarah Bahari dalam Dinamika Kehidupan Bangsa”, KNS X dihadiri oleh 40 pembicara undangan dan 60 pembicara yang dipilih melalui seleksi makalah. Selain itu, KNS X juga dihadiri oleh ratusan peminat sejarah dari seluruh Indonesia.
Mahasiswa Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada, Abdullah Faqih, juga turut berpartisipasi dalam konferensi bergengsi tersebut. Ia diundang secara khusus oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menjadi salah satu pembicara. Terpilihnya Faqih -sapaan akrabnya- tidak terlepas dari makalah yang dikirimkannya beberapa waktu lalu. Ia menulis makalah tentang upaya-upaya rekonstruksi mindset budaya maritim yang menurutnya telah mengalami kemunduran. Ia juga memberikan semacam policy brief untuk mengoptimalkan fungsi lembaga pendidikan non-formal berupa museum maritim dalam rangka membangkitkan kembali budaya maritim Indonesia. Terkait hal itu, Faqih bergabung dalam satu panel dengan kedua pembicara lain, yaitu Prof. Dr. Anwar Hafid, M.Pd dan Idrus Rore, S.Pd., S.H., M.Pd. Perlu diketahui, Konferensi Nasional Sejarah X ini dihadiri oleh para professor, doktor, dan para ahli sejarah dari seluruh Indonesia, seperti Prof. Dr. Taufik Abdullah dan Prof. Hasyim Djalal. Faqih terhitung sebagai satu-satunya pembicara yang belum memiliki gelar akademik atau masih berstatus sebagai mahasiswa strata satu.
Selain itu, konsep Konferensi Nasional Sejarah X adalah berbentuk panel. Setelah acara pembukaan yang dibuka langsung oleh Menteri Koordinator Pembangunan Sumber Daya Manusia dan Kebudayaan, Puan Maharani, peserta dibagi ke dalam panel-panel tertentu sesuai dengan minatnya masing-masing. Ada beberapa subtema yang diangkat dalam konferensi tersebut, di antaranya adalah jaringan pelayaran nusantara, sistem pengetahuan dan tradisi bahari, laut dalam dinamika kekuasaan, pendidikan dan pemikiran sejarah maritim, dan lain sebagainya. Setelah sesi panel selesai, Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) menggelar kongres internal terkait laporan MSI regional selama lima tahun terakhir dan pemilihan ketua MSI untuk periode lima tahun mendatang. Setelah melalui proses aklamasi, akhirnya terpilih Dr. Hilman Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai ketua Masyarakat Sejawaran Indonesia yang baru.