Yogyakarta, 3 Oktober 2023—Dunia internasional telah menyetujui adanya konsep pembangunan berkelanjutan atau Suistanable Development Goals (SDGs) sebagai strategi menjawab perubahan. Penggunaan sumber daya alam, pendidikan, ketahanan pangan, hingga produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab merupakan beberapa target yang harus dicapai oleh negara-negara di dunia. Indonesia sendiri telah berupaya menuangkan konsep SDGs dalam setiap kebijakannya. Mendukung penerapan tersebut, berbagai profesi, termasuk pegiat seni turut menyuarakan aspek keberlanjutan dalam “Malioboro Coffee Night” di Fisipol UGM pada 2-3 Oktober 2023.
“Malioboro Coffee Night” merupakan acara yang digagas oleh Komunitas Kopi Nusantara jelang rangka memperingati HUT Kota Yogyakarta ke-267 pada 7 Oktober 2023. Salah satu rangkaian acara tersebut diadakan dalam bentuk pameran alat kopi dan industri turunan kopi buatan lokal dan pentas menarik lainnya. Tak tanggung-tanggung, acara tersebut berhasil menggaet 30 petani kopi terbaik, pegiat seni, dan profesional di industri kopi nusantara. Karya-karya tersebut turut dipamerkan di Selasar Barat, Fisipol UGM dengan berbagai kisah menarik dibaliknya.
Salah satu karya, dibuat oleh Aditya Kreshna, seorang pelukis rokok cethe asal tulungagung berkesempatan memamerkan karyanya. Ia memulai karirnya sebagai desainer grafis karena kecintaannya akan dunia seni, khususnya lukisan. Kemudian lambat laun, Aditya menemukan objek seni yang baru dan menarik, yaitu rokok cethe. Rokok dikenal sebagai salah satu komoditas yang memiliki ikatan erat dengan sosial budaya Indonesia. Sedangkan di mata Aditya, rokok lebih dari itu, yakni sebagai sarana seni melukis dengan ampas kopi atau dikenal dengan cethe.
“Kuncinya berani ambil resiko! Ketika resiko itu kita ambil, selanjutnya akan datang banyak peluang,” ucapnya. Keberaniannya meninggalkan jalur karir yang semula patut diberi apresiasi. Alih-alih menggunakan cat, Aditya jatuh cinta pada ampas kopi dan rokok sebagai media seninya. Ia juga membagikan pengalamannya ketika mengenalkan seni nyethe tersebut ke masyarakat Amerika dalam pameran tunggal di Phoenix, Arizona. “Saya kenalkan nyethe ke mereka. Awalnya kaget, untuk apa rokok dilukis seperti itu. Mereka juga merasa sayang untuk dihisap karena pada rokok itu terdapat karya seni. Tapi saya tekankan pada mereka kalau rokok ini tetap akan kami hisap. Dan bagi mereka yang mencobanya merasa unik dan rokok menjadi lebih enak,” tambahnya.
Keputusan Aditya memilih ampas kopi dibanding cat tentunya membuat setiap karyanya lebih ramah lingkungan karena berbasis bahan organik. Selain Aditya, karya lainnya yang juga dipamerkan adalah milik Irawan Halim, Founder R.E.D System atau alat seduh kopi tanpa listrik. Irawan menyadari, tingginya biaya untuk mendapatkan alat seduh terlampau mahal sebagai modal membuka kedai kopi. Hal ini kemudian membangkitkan inspirasinya untuk menciptakan alat seduh tanpa listrik yang lebih murah dan mudah dioperasikan. Tentunya, produk ini patut mendapat acungan jempol karena berhasil menggabungkan antara sektor industri dengan minimalisir penggunaan tenaga listrik. Mengingat produksi energi listrik yang belum sepenuhnya ramah lingkungan, akibat membeludaknya alat-alat bertenaga listrik.
Kerja sama antara kampus UGM bersama Malioboro Coffee Night merupakan salah satu bentuk dukungan perguruan tinggi terhadap karya-karya bangsa. Gerakan ini perlu didukung untuk menumbuhkan UMKM lanjutan yang bertanggung jawab dalam segi produksi maupun konsumsi. Terutama dalam kaitannya dengan penerapan aspek SDGs 12 yakni Konsumsi dan Produksi yang Bertanggungjawab. (/tsy)