Yogyakarta, 22 Oktober 2021─DEMA FISIPOL UGM menyelenggarakan Kelas Riset X Big Data tentang Visualisasi Big Data melalui Zoom Meeting pada Jumat (22/10). Pembicara dalam acara kali ini adalah Wegik Prasetyo dan Vendi A. Nugroho selaku peneliti Big Data Polgov. Acara dimulai pada pukul 19.00 WIB dengan dihadiri oleh sejumlah mahasiswa dan umum.
Mengawali diskusi, Wegik menjelaskan mengenai alur riset big data yakni penemuan problem statement, dilanjutkan dengan research question yang berisi pertanyaan-pertanyaan kunci penelitian, data resource selection, crawling, processing, dan visualization. Dalam penyajian data, visualisasi sangat penting sebagai representasi data untuk memudahkan pembaca memahami data. Beberapa macam visualisasi data adalah visualisasi teks, visualisasi tabel, dan visualisasi grafik yang terdiri dari elemen titik, garis, dan batang. Vendi menjelaskan, teks biasa digunakan untuk menjelaskan 1 atau 2 angka, sedangkan tabel dan grafik cocok untuk menjelaskan banyak angka.
“Teks biasanya digunakan untuk memvisualisasikan data dengan data set yang kecil, tabel digunakan ketika kita perlu mengomunikasikan data kepada audiens yang beragam dan menyajikan data dengan beragam metriks,” ungkapnya. Adapun hal yang sebaiknya dihindari adalah memvisualisasikan data dengan tabel ketika melakukan presentasi data secara langsung karena biasanya visualisasi data di depan audiens membutuhkan ekstraksi pola-pola. Dengan begitu hanya poin-poin tertentu saja yang dibutuhkan audiens.
Berkaitan dengan triangulasi data, perlu dilakukan konfirmasi kebenaran informasi/data dengan setidaknya mengkonfrontir hasil temuan dengan topik sejenis. Sementara dalam konteks big data, seringkali bot, buzzer, dan duplikasi berita online menjadi pertanyaan apakah perlu dicek atau tidak. Dalam hal ini, Wagik mengatakan bahwa cara kita mengonfirmasi kebenaran informasi/data tergantung bagaimana kita sebagai peneliti memperlakukan data tersebut. Itulah yang kemudian disebut konsistensi metodologi. “Yang jelas kebenaran di rumpun ilmu sosial sangat konstruktif, apa yang diyakini benar oleh pihak tertentu itu sangat konstruktif, kuncinya adalah ketika kita meyakini sebuah data itu adalah konsistensi metodologi,” tuturnya.
Pemaparan terakhir adalah tentang bagaimana kita memaknai data. Data adalah keterangan yang masih berserakan, yang menggambarkan sebuah fenomena tertentu. Data dapat berubah menjadi informasi ketika data itu diklasifikasi sesuai dengan klasternya. Kemudian, informasi akan menjadi pengetahuan ketika informasi yang sama saling terhubung. Pengetahuan juga bisa menjadi insight yang konstruktif ketika pengetahuan yang sudah kita susun bertemu dengan pengetahuan yang lain. Begitu pun ketika beberapa insight saling terhubung maka akan menjadi wisdom atau kebijakan. (/Wfr)