Perekonomian Indonesia sedang sekarat. Pernyataan itu yang disampaikan Menteri Sekretaris Negara RI , Prof. Pratikno, dalam Policy Forum Dies Natalis ke-60 Fisipol UGM, yang diselenggarakan di Balai Senat UGM, Sabtu (12/9).
Gagasan untuk membangun perekonomian Indonesia agar tidka lesu , tentu sama masih berkaitan dengan menguatnya dollar Amerika yang membuat melemahnya nilai tukar rupiah. Hal ini, menurut Pratikno , jelas berdampak luas pada segala aspek kehidupan masyarakat.
“Sudah ada banyak rencana yang dibuat, tinggal realisasinya. Termasuk cara yang paling ampuh untuk menyikapi krisis ini adalah dengan totok nadi,” terang sosok yang pernah menjabat sebagai Rektor UGM ini.
Totok nadi yang dimaksud merupakan usaha membuka simpul sumbatan yang menjadi pangkal masalah. Sikap pemerintah yang terlihat nyata melaksanakan totok nadi adalah dengan ribut mengurus kebijakan fiskal , reformasi pengadaan barang dan jasa dan sebagainya.
Selain Pratikno , pembicara lain yang datang dalam forum bertema “Mambangun Indonesia dari Daerah : Tantangan Reformasi Birokrasi bagi Pembangunan Daerah dan Desentralisasi,” adalah Bupati Keerom Papua, Dr Yusuf Wally, SE, MM.
Yusuf membagikan data mengenai potensi daerah yang dimiliki Kabupaten Keerom. Mulai dari sektor pertanian, perkebunan, kehutanan hingga peternakan. “Cara memajukan daerah di Kabupaten Keerom adalah dengan memberikan kepercayan kepada kampung dan mendukung terwujudnya otonomi kampung,” bebernya.
Dia menjelaskan ketika kampung kuat dan mandiri secara otonom untuk mengelola pemerintahan dan pembangunan , maka secara langsung akan bersinergi dan terkoneksi terhadap otonomi daerah di tingkat pemerintahan atasannya.
“Namun jika kampung lemah dan tak berdaya, maka konsep otonomi daerah tidak berarti apa-apa. Sebab selama ini pembangunan kampung hanya bergantung pada subsidi-subsidi pemerintah atasan yang diharapkan harus terus dikurangi,” tutupnya. (dilansir dari Tribun Jogja, Minggu 13/9/2015, halaman 3)