Memproyeksikan Masa Depan Kecerdasan Buatan Bersama CFDS dan Huawei

Yogyakarta, 30 Septermber 2021–Center for Digital Society (CFDS), Fisipol, UGM berkolaborasi dengan Huawei Indonesia menyelenggarakan diskusi DigiTalk ke-50 bertajuk “AI: Pentingkah Diadopsi oleh Organisasi Indonesia?”. Usman Niandinata, Business Development Director Huawei Cloud & AI Indonesia, menjadi pembicara dalam diskusi ini. Logika tentang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) serta penerapannya dalam industri dan organisasi menjadi pembahasan utama dalam diskusi yang dimoderatori oleh Dosen Departemen Ilmu Komunikasi UGM, Dewa Ayu Diah Angendari.

Untuk menjelaskan tentang AI secara sederhana, Usman menganalogikan AI sebagai manusia. Manusia mendapatkan data-data dari berbagai sensor, yakni panca indra, di tubuhnya. Selanjutnya, data-data tersebut akan dikirimkan ke otak untuk dipelajari. Saat ini, ada banyak sekali data digital yang disebut sebagai Big Data. Data digital tersebut kemudian diolah dan dikategorisasikan oleh “otak buatan” yang disebut sebagai machine learning dan deep learning. Nantinya, kategorisasi tersebut menghasilkan kesimpulan yang dapat membuat mesin mengambil keputusan atau tindakan. “Artificial intelligence adalah suatu rangkaian, mulai dari mendapatkan, mengolah, mengumpulkan data, hingga pengambilan kesimpulan,” jelas Usman.

“Hampir semua industri saat ini mulai menggunakan AI, meskipun kecepatan akuisisinya berbeda-beda,” jelas Usman. Tiga industri yang paling cepat memanfaatkan AI ialah layanan media over-the-top (OTT), komunikasi, dan media. Menurut Usman, nantinya hampir semua industri menggunakan AI. Pandemi saat ini juga semakin mendorong orang untuk bekerja secara digital. Oleh karena itu, Usman menyarankan agar para pelajar dan mahasiswa bersiap untuk menuju intelligent world. Ada banyak digital platform untuk mempelajari ilmu baru, misalnya tentang pemanfaatan Big Data, analisis data, pemasaran digital, dan sebagainya. Di Fisipol UGM, mahasiswa juga dapat mengambil mata kuliah Kecerdasan Digital.

“Berdasarkan riset yang kami lakukan, pada tahun 2025 nanti, akuisisi teknologi intelligent world akan sangat cepat,” kata Usman. Riset Huawei memprediksi, pada 2025 sebanyak 58 persen populasi dunia telah menggunakan jaringan 5G. Kemudian, sepuluh persen populasi dunia diperkirakan telah menggunakan virtual reality. Tak hanya dari sisi pengguna, sebanyak 85 persen aplikasi akan berjalan di dalam cloud (penyimpanan virtual), tidak lagi terpasang di dalam perangkat keras. Dari sisi enterprise (perusahaan), diperkirakan 86 persen perusahaan telah menggunakan Big Data di dalam pekerjaan sehari-hari, sedangkan 97 persen large enterprise (perusahaan besar) diperkirakan sudah mengadopsi AI di setiap aplikasi kerja mereka. (/NIF)