“Harapan kami gerakan sosial yang kami inisiasi dapat menggandeng banyak orang untuk berpartisipasi dan menebar kebaikan, walaupun dimulai dari skala yang kecil,” ungkap Risnu M. Rahmat Alviani founder dari Simpul Kebaikan yang menjadi salah satu pengisi acara Sharing Session Fisipol Creative Hub pada Kamis (29/3). Dalam acara tersebut juga mengundang changemaker Kreatif 1, yaitu talent yang mengusung skripsi karya, Yahya Fadhil Ilmi yang sedang menempuh tahun terakhirnya di Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) Fisipol UGM. Dengan mengangkat tema Inovasi Konten Visual, Yahya beserta Drs. Purwoputranto sebagai tamu undangan turut mengisi Sharing Session yang telah diadakan ketiga kalinya. Acara yang diselenggarakan secara mingguan ini bertempat di Digital Library (Digilib) Café, Fisipol UGM.
Sharing session diawali dengan pemaparan materi oleh Risnu. Bergerak dalam bidang pendidikan, Simpul Kebaikan merupakan gerakan sosial yang berfokus pada pemberian beasiswa dan pembinaan kepada mahasiswa di Yogyakarta. “Pada tahap ini kami masih menggunakan donasi tetap dan donasi tentatif yang didistribusikannya kepada awardee,” jelas Risnu. Namun, ia menambahkan jika dalam rencana jangka panjang, Simpul Kebaikan akan mulai mengelola serangkaian kegiatan dana usaha. Kegiatan dana usaha ini menjadi cara agar Simpul Kebaikan tidak bergantung 100% dengan donasi yang masuk. Konsep beasiswa yang tidak hanya memberikan bantuan pendidikan namun juga pembinaan menjadi cara Simpul Kebaikan agar awardee bisa menjadi pribadi yang mandiri serta ikut bergerak dan memberikan outcome bersama Simpul Kebaikan.
Untuk target dan kriteria yang disasar, Simpul Kebaikan memiliki beberapa karakteristik utama. Target para penerima beasiswa Simpul Kebaikan ini antara lain kurang mampu, tidak memiliki akses, dan mengalami “kejadian” yang luar biasa. Karakter yang membedakan Simpul Kebaikan dengan program beasiswa lain adalah value dari platform ini dimana beasiswa berasal dari orang-orang yang ingin menyalurkan kebaikan kecilnya pada orang lain. Selain itu, beasiswa ini juga menekankan nilai sense of belonging kepada para penerima dengan pembinaan dan mentoring individual. Sebagai sarana diskusi yang interaktif, dalam diskusi yang berjalan banyak masukan terkait inovasi yang harus dilakukan Simpul Kebaikan, terutama untuk inovasi sumber dana dalam rangka meningkatkan sustainability program.
Sesi selanjutnya, diisi oleh Yahya Fadhil yang mengangkat inovasi konten visual. Menurutnya dengan mayoritas generasi milenial yang menggunakan media sosial sebagai bagian dari keseharianya, diperlukan adanya sebuah inovasi konten yang dapat menciptakan inovasi pembelajaran selama mengonsumsi beragam konten yang diterima. “Pekerjaan rumah terbesar generasi kita yaitu bagaimana kita dapat memanfaatkan media sosial sebagai sumber pembelajaran melalui inovasi konten positif yang kita konsumsi,” ucap Yahya.
Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Yahya, Drs. Purwoputranto sebagai tamu undangan ikut berpartisipasi dalam memberikan gambaran mengenai karakterisasi generasi masa kini. Ia menyebut bahwa terdapat empat babakan generasi yang Ia identifikasi. Babakan tersebut antara lain, generasi baby boomer, generasi X, Y, dan sekarang Z. Menurutnya dengan perbedaan karakteristik umum yang dimiliki oleh para generasi tersebut, pendekatan pembelajaran juga harus disesuaikan dengan karakteristiknya. “Melalui perkembangan dunia digital yang pesat sudah seharusnya anak bukan dididik dengan jejalan materi, namun bagaimana cara berpikir yang pas untuk menyaring segala informasi yang tersedia di depan mata. Salah satunya dilakukan melalui perubahan kecil, contohnya berupa Inovasi Konten Visual yang dinisiasi oleh Yahya,” ungkap Purwoputranto. (/fdr)