Sudah tidak asing lagi bila mahasiswa FISIPOL ragu dalam memilih karir yang hendak ditekuni setelah lulus dan meninggalkan kampus impian ini. Ada anggapan bahwa prospek kerja untuk lulusan FISIPOL cenderung lebih sempit, dan hanya beberapa saja yang berkesempatan untuk menjadi PNS. Berangkat dari keraguan tersebut, Gamapi FISIPOL UGM berkolaborasi dengan Career Development Center (CDC) mengadakan FISIPOL Talk dengan tema “Membangun Mental Entrepreneur Mahasiswa” di BA 209 FISIPOL UGM. Pada acara tersebut, FISIPOL Talk mengundang CEO Emergency School of Business, Rahman Arrupy, S. Kom sebagai pemateri untuk memberikan pemaparan tentang alternatif karir.
Rahman sendiri merupakan alumni STT Adisutjipto yang sukses mengukir prestasi dengan IPK tinggi. Pada talkshow pada hari itu (11/4), ia memaparkan kisah perjuangan hidupnya yang semasa kuliah sudah memiliki penghasilan, bahkan sudah mampu membeli mobil dan sepeda motor sendiri.
Kesan yang muncul dari sesi sharing Rahman adalah ia seorang mahasiswa ‘nekad’ dari Jambi yang mencoba peruntungannya dengan bersekolah di Yogyakarta. Ia bertahan hidup sehari-hari dengan cara berjualan pulsa. Diceritakan pula, Rahman pernah diajak seorang temannya untuk berbisnis MLM. Ajakan tersebut sempat ditolaknya dengan alasan, “Aku benci MLM”, ujarnya.
Namun, pada akhirnya ajakan tersebut dia coba karena tuntutan kebutuhan yang semakin mempersulit kondisinya di Yogyakarta. Tidak disangka-sangka, usaha yang dia lakukan sejak semester lima tersebut membuahkan hasil yang membanggakan. Seperti yang ia tuturkan dengan bangga, pada dua bulan pertama ia sudah mampu membeli sepeda motor Yamaha Mio warna merah. Tidak lama kemudian, ia sudah berhasil membawa pulang mobil Brio dengan hasil kerja kerasnya di MLM.
Sama seperti mahasiswa pada umumnya, Rahman pernah berpikir dan meyakini bahwa sarjana adalah jalan terbaik untuk menuju sukses. “Karena saya dulu survey, awalnya saya pikir semua sarjana akan sukses. Namun seiring perjalanan saya, saya tanya-tanya dengan beberapa senior saya, mereka cuma dibayar 3-4 juta. Dan saya gak mau kayak gitu,” tuturnya.
Di tengah-tengah usahanya sebagai MLM, ia juga pernah mencoba bekerja di sebuah perusahaan. Gaji yang tidak seberapa membuat Rahman enggan untuk menekuni dan berpuas diri dengan hasil kerjanya. “Saya nggak mau dikungkung dengan gaji terbatas (red: di bawah dua juta rupiah), gaji di atas lima juta rupiah itu bisa diperoleh bila sudah bekerja lebih dari lima tahun”. Jangka waktu lima tahun dia pandang sebagai waktu yang sangat lama. Ia positif bisa mencapai gaji lima juta rupiah bisa dia dapatkan dari berbisnis.
Rahman tidak lupa membagikan rahasia meraih sukses di usia muda kepada sekitar tiga puluh mahasiswa yang menghadiri acara FISIPOL Talk tersebut. Ada tiga kunci, yaitu berani berubah, berada di lingkungan yang tepat, dan yakin dengan pilihan pekerjaan yang telah dipilih. Saat memulai bisnis, pasti akan ada banyak pikiran ragu yang datang dari diri sendiri dan orang lain. “Kalau nanti bisnisnya gagal gimana? Nanti kalau orangtuaku tidak setuju aku berbisnis bagaimana?”
Kunci keberhasilan dalam berbisnis, menurut Rahman, adalah keberanian. Semua keraguan tersebut bisa dienyahkan seketika bila ada keberanian dan keyakinan yang tinggi dari diri sendiri. Mengenai lingkungan yang tepat, Rahman mengatakan bahwa mahasiswa harus pandai memilih lingkungan pergaulan yang tepat. “Bila anak ayam dibesarkan oleh induk elang, pasti dia akan menjadi seperti elang pula”.
Rahman mengatakan bahwa memilih teman yang dapat mendorong kita untuk maju merupakan cara memilih lingkungan yang tepat. Mengenai pekerjaan yang tepat, Rahman bercerita bahwa pada saat memilih karir berbisnis, memang jalannya tidak selalu lancar. Ia mengakui pernah mengalami hari-hari dimana ia bangun siang dan penghasilannya tidak banyak. Namun, dengan keyakinan bahwa bisnisnya akan tetap lancar dan stabil, ia tetap melanjutkan bisnisnya tersebut.
Akhirnya, Rahman menutup sesi sharing dengan mengatakan, “Kamu harus bisa keluar dari comfort zone mu sekarang. Kamu juga harus bisa menerima dan mengakui kekurangan yang ada di diri kamu agar kamu bisa maju.” Lalu Rahman melanjutkan, “Jangan pernah tunggu support! Tapi kamu yang harus menciptakan support tersebut. Kamu harus bisa inisiatif duluan tanpa harus menunggu orang lain.” (/FSA)