Yogyakarta, 17 September 2018—Kedatangan Mendikbud Prof. Muhadjir Effendy merupakan bagian dari kunjungan beliau sebagai Ketua Himpunan Indonesia untuk Pengembangan Ilmu-ilmu Sosial atau yang disingkat HIPIIS, kepada HIPIIS cabang Yogyakarta. HIPIIS DIY yang sebagian besar beranggotakan para dekan fakultas-fakultas ilmu sosial di UGM, bersama anggota lain yang berasal dari luar Fisipol dan luar UGM seperti dari UIN Sunan Kalijaga dan UNS menyambut kedatangan Mendikbud di Digilib Café, Gedung Fisipol UGM. Agenda dari rapat ini diisi dengan diskusi antara anggota HIPIIS cabang Yogyakarta dengan Mendikbud terkait dengan program kerja dari HIPIIS cabang Yogyakarta.
Mendikbud Muhadjir Effendy yang juga merupakan lulusan Fisipol jurusan Magister Administrasi Publik tahun 1996, sesampainya di tempat langsung membuka diskusi dengan membahas kondisi ilmu sosial masa kini di Indonesia, terutama terkait Pancasila sebagai ideologi. Menurut beliau di masa kini diskusi terkait Pancasila terlalu berkutat pada dimensi Epistemologis (terkait dengan pengetahuan) dan Ontologis (terkait dengan realita), sementara dimensi Axiologis yaitu tentang bagaimana ilmu pengetahuan diterapkan, masih terbengkalai. Hal tersebut kemudian membuat adanya kekosongan diskursus terkait pancasila dan mulai adanya bibit-bibit keretakan bangsa. Sehingga beliau meminta pada HIPIIS cabang Yogyakarta terutama Fisipol UGM untuk menjadi konseptor yang merumuskan panduan pembelajaran dan penerapan Pancasila sebagai moral dan etika bangsa Indonesia. Panduan pembelajaran ini dapat menjadi fondasi yang dianalogikan oleh beliau mampu menahan kekuatan gempa. “Jangan sampai kedepannya nanti kita hanya tambal sulam saja, harus ada fondasi yang kuat” tuturnya.
Lalu juga terdapat evaluasi terkait keteraktifan HIPIIS di Cabang Yogya, menurut anggota HIPIIS yang menjadi permasalahan keaktifan dari organisasi tersebut adalah karena di fakultas masing-masing sudah terdapat banyak kegiatan sendiri. Menurut Mendikbud, ketidakktifan HIPIIS bukan hanya terjadi di cabang Yogyakarta, namun juga di berbagai daerah, bahkan di daerah pusat pun demikian.
Kemudian Pak Mendikbud ganti mendengarkan proker yang dicanangkan oleh anggota HIPIIS cabang Yogyakarta. Proker pertama yaitu seminar terkait ketenagakerjaan yang rencananya akan dilaksanakan di Sekolah Vokasi UGM. Yang menjadi concern utama dari seminar tersebut adalah kurangnya serapan tenaga kerja dari Sekolah Menengah Kejurusan dan Vokasi di lapangan pekerjaan. Hal tersebut terjadi dikarenakan kurikulum yang disediakan pemerintah yang dirancang berama dengan para pengajar SMK dan Sekolah Vokasi tidak bisa mengikuti kebutuhan dari industri yang dituju para lulusan dari SMK maupun Vokasi. Pak Mendikbud mengiyakan permasalahan tersebut dan memang menurutnya sudah mulai dibentuk kurikulum bagi SMK dan Sekolah Vokasi yang dibentuk atas kolaborasi dengan para profesional dari perusahaan-perusahaan dalam industri terkait. Demand-driven adalah kata yang menggambarkan kurikulum baru yang sedang dirumuskan, alih-alih supply-driven yang sedang menjadi kurikulum saat ini. Lalu dari UU ketenagakerjaan pun juga banyak masalah, terutama mudahnya pemutusan kontrak dan masa pembelajaran yang hanya 4 tahun.
Dekan Fisipol, Dr. Erwan Agus Purwanto pun melaporkan pengembangan yang ada di Fisipol, terutama di bidang Inovasi. Menurutnya Fisipol yang memiliki Center for Digital Society (CfDS) dapat membuat media dimana nilai-nilai pancasila dapat dicontohkan kepada generasi milenial lewat media-media yang lebih diterima oleh generasi tersebut, seperti Video Blog (Vlog). Kemudian Fisipol juga mencoba beberapa inovasi terkait ketenagakerjaan yaitu demoday sebuah acara yang dilaksanakan oleh Fsisipol Creative Hub (C-Hub) dimana mahasiswa tidak diperlukan untuk mengerjakan skripsi jika berhasil membuat start-up bisnis sosial atau yang sering disebut sebagai socio-preneur. Kemudian rapat ditutup dengan dorongan oleh mendikbud untuk menindaklanjuti proker yang telah disampaikan oleh para anggota HIPIIS saat rapat berlangsung. Menurut Pak Erwan, outcome dari rapat dan diskusi HIPIIS pada hari itu ialah; pertama, bagaimana mengembangkan metode pengajaran pancasila yang kontekstual dan relevan untuk hari ini; kemudian yang kedua, terkait dengan pendidikan SMK bagaimana pengajaran pada tingkat SMK dan Vokasi dapat relevan dengan kebutuhan pasar kerja, dan disepakati akan membuat semacam workshop bersama sekolah Vokasi UGM dan anggota HIPIIS lainnya. (/Aaf)