“Mengapa harus menjadi mahasiswa berprestasi (mapres)?” tanya Irwan Harjanto (Departemen Politik dan Pemerintahan 2013, Mapres Fisipol #2 Tahun 2016) sebagai pembuka sesi sharing. Pada Kamis, 16 Maret 2017 di sesi How To Be Mapres yang dimulai pukul 10:00-11:00. Hadir sebagai pembicara, Taradhinta Suryandari (HI 2014, MAPRES FISIPOL #1 Tahun 2016) dan Irwan Harjanto (DPP 2013, MAPRES FISIPOL #2 Tahun 2016). Seleksi mahasiswa berprestasi merupakan suatu seleksi prestasi akademis dan non akademis (terutama indeks prestasi kumulatif (ipk), curriculum vitae (cv), karya tulis ilmiah, dan kemampuan bahasa inggris) yang setiap tahunnya diadakan oleh kementerian pendidikan dan kebudayaan dengan tujuan untuk mengembangkan pemikiran saintifik dan kompetivitas di kalangan mahasiswa indonesia dalam menciptakan dampak kepada masyarakat.
“Ketika teman-teman mau jadi mapres harus dipastiin nih kalau teman-teman punya performance yang baik. IPK minimal 3,25 setidaknya untuk lingkup Fisipol punya IPK 3,5 selain itu persiapkan curriculum vitae. Untuk menjadi mapres tentu ada perbedaan dengan mahasiswa pada umumnya, kalian harus memiliki aktivitas baik itu di organisasi maupun ikut lomba. Kegiatan-kegiatan tersebut penting banget karena ketika seleksi mahasiswa berprestasi biasanya komponen yang paling besar itu adalah soal capaian prestasi non akademik selain ipk dan karya tulis. Misal kalian pernah memenangkan lomba internasional atau pernah memenangkan lomba nasional. Untuk karya tulis, biasanya dipakai untuk presentasi ketika seleksi mapres nah karya tulis ini bukan sekedar karya tulis yang kita menjabarkan secara empiris tetapi juga harus ada problem solvingnya,” jelas Irwan Harjanto.
Fungsi mahasiswa berprestasi ini adalah sebagai media belajar untuk mengembangkan pemikiran secara scientific maupun praktis. Selain itu alasan menjadi mahasiswa berprestasi adalah pertama sebagai impact measurement untuk mengukur sejauh apa kemampuan kita selama kuliah tiga atau empat tahun nanti ketika terpilih kita dilatih untuk mengembangkan ide praktis sosial. Selanjutnya meningkatkan kapasitas diri melalui pembelajaran yang dinamis, menjadi mapres itu artinya menjadi centre dari keunggulan mahasiswa tersebut serta mengisi waktu dengan kegiatan, organisasi, dan riset.
“Leverage yourself kita bisa membranding diri kita sendiri, kadang ini bisa menjadi kelemahan sih kenapa jadi mapres ambis banget. Ya memang ambis. Tapi aku coba, kenapa ambis cenderung negatif? Padahal itu positif asal untuk hal yang baik misalnya menjadi mapres dengan kegiatan sosial, riset dan lain-lain. Apa yang harus dipersiapkan untuk menjadi mapres? Persiapannya ga cuma sehari tapi kalo untuk substansi di dalamnya seperti mengisi CV, IPK, dan kegiatan sosial lainnya. Itu sudah dipersiapkan dari awal bahkan sejak tahun pertama kuliah,” ungkap Irwan Harjanto.
Ada beberapa komponen yang harus dipersiapkan untuk menjadi mapres:
1. Portofolio (prestasi)
Ditekankan sekali pada saat teman-teman berhasil lolos di tingkat UGM memang diberatkan adalah portofolio. Pertama itu juara dari tingkat propinsi, nasional dan internasional kalau Fisipol sendiri itu prestasinya tidak harus yang juara 1 tapi kalau misalnya berprestasi seperti best writer atau youngest researcher akan dihitung oleh Fisipol. Akan tetapi kalau di level universitas yang diminta pihak UGM itu yang ada titelnya, juara 1, 2, dan 3. Sedangkan untuk di tingkat universitas biasanya yang menjadi pemenang adalah yang punya prestasi internasional.
2. Keahlian Bahasa Inggris
Bahasa inggris ini sebenarnya kemampuan berargumen dan berpikir cepat. Model tes kdi tingkat universitas adalah peserta diberikan satu motion atas satu pertanyaan, diberikan waktu dua menit untuk berpikir setelah itu menyampaikan argumennya dalam waktu tiga menit. Setelah pemaparan argument, dilanjutkan dengan question dan answer. Jadi harus disiapkan, karena biasanya apapun yang menggunakan bahasa inggris itu persiapannya lama tapi kalau di mapres kita harus berpikir secara cepat dan harus dibiasakan menggunakan bahasa inggris.
3. Karya Tulis Ilmiah (paper)
Karya Tulis Ilmiah (KTI) atau paper, arahan dari universitas karya tulis ilmiah kita lebih ke Program Kreativitas Mahasiswa-Gagasan Tertulis (PKM-GT). Tulisan yang dapat memberi dampak bagi masyarakat luas jadi tidak hanya menganalisis masalah tetapi juga berusaha membawa solusi terhadap masalah tersebut. Dalam proses penilaian KTI ini sebenarnya tidak memberikan tambahan nilai yang besar karena berdasar aturan Direktorat Kemahasiswaan nantinya KTI masih dapat diperbaiki.
“Cobalah ikut berbagai lomba, modal coba-coba dan kebanyakan lomba itu gratis. Walaupun lombanya berbayar bisa minta bantuan ke departemen atau fakultas atau universitas atau eksternal funding. Contoh kita bisa minta bantuan untuk level universitas itu Subdit Kreativitas Dirmawa bisa dibuka di kreativitas.ugm.ac.id diwebsite sudah lengkap SOP untuk mengajukan pendanaan ikut lomba. Apalagi yang bertaraf internasional subdit ini sangat willing untuk membiayai akomodasi kompetisi yang kalian ingin ikuti. Paling penting dari semua itu adalah persiapkan mental terutama kepercayaan diri,” pungkas Taradhinta Suryandari. (/dbr)