Yogyakarta, 3 November 2021─Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM menyelenggarakan kelas praktisi secara daring bertajuk Dinamika Praktik Marketing Public Relations bersama konsultan komunikasi, Desytha Rahma Dwi Utami (03/11). Desytha memaparkan peranan praktik humas untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran.
Tiga belas tahun berkarier, kini Desytha berprofesi sebagai konsultan komunikasi yang menangani beragam organisasi seperti World Health Organization, Danone, Bank Mandiri, hingga Kementerian Kesehatan. Berdasarkan pengalamannya, kehumasan menjadi tulang punggung organisasi untuk berkomunikasi dengan pihak luar, menghadapi situasi krisis, hingga melakukan pemasaran.
“Menjual tidak hanya mengandalkan hard selling, tetapi harus didukung emotional touch dengan konsumen secara strategis. Mewujudkan emotional touch ini lah yang menjadi tanggung jawab praktisi komunikasi,” kata Desytha. Tidak hanya menjual produk, beberapa organisasi punya tujuan yang lebih fokus untuk perubahan dalam isu-isu tertentu.
Ia memberikan contoh proyek yang Ia kerjakan, yaitu kampanye Jogja Lebih Bike dalam upaya menanggulangi pencemaran udara di Yogyakarta melalui gerakan bersepeda. Kampanye ini berhasil menoreh beberapa pencapaian, yaitu meraih empat ribu pengikut di Instagram, delapan ribu pesepeda yang berkomitmen, ribuan konten oleh para pesepeda yang diunggah di laman Jogja Lebih Bike, serta munculnya narasi bersepeda sebagai hobi sekaligus bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan kualitas udara.
Jogja Lebih Bike merupakan hasil kerja sama berbagai pihak, di antaranya Kompas dan UGM untuk penggalian data, komunitas seni untuk produksi mural serta merchandise, platform Nafas untuk pengadaan alat sensor kualitas udara, pemerintah untuk mendorong transparansi indeks kualitas udara, serta komunitas pesepeda untuk komitmen mengikuti gerakan tersebut.
“Melalui strategi kehumasan, tidak banyak biaya dikeluarkan tetapi cukup untuk menarik perhatian orang. Inilah indahnya praktik kehumasan,” kata Desytha. Menurutnya, organisasi apa pun, baik komersial, nirlaba, maupun pemerintah, harus menentukan penyebab dan pengaruh yang ingin dicapai serta mempertimbangkan saluran dan cara yang efektif untuk menyampaikan pesannya.
Desynta Rahma memberi contoh klien organisasi dan perusahaan yang sedang Ia tangani sebagai konsultan komunikasi (03/11)
Menjawab pertanyaan terkait penentuan momen kampanye, Desytha menyebutkan bahwa cara termudahnya adalah berpatokan pada hari besar berkaitan dengan isu yang diangkat. Jika tidak ada, maka humas harus bisa menciptakan momen itu sendiri, dimulai dengan melakukan survei, menjalin komunikasi dengan komunitas-komunitas, kemudian melakukan publikasi ke media.
Pengetahuan dan kecakapan Desytha di bidang kehumasan diasah semenjak kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi UGM. Ia mengambil konsentrasi komunikasi strategis dan sering mengikuti perlombaan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia, seperti Danone dan Unilever. Kariernya dimulai sebagai Corporate Communications di Sarihusada yang merupakan bagian dari grup Danone.
Pada ranah pemerintahan, Ia pernah bekerja untuk Kementerian Kelautan dan Perikanan, yaitu di Regional Partnerships Coral Triangle Initiative on Coral Reefs, Fisheries, and Food Security (CTI-CFF). Sementara itu, ia juga pernah bekerja di lembaga non pemerintah (NGO), yaitu Conservation International dan Rainforest Alliance. Menurutnya, pengalaman di NGO tak kalah menarik karena memberinya pengalaman untuk terjun langsung berinteraksi dengan masyarakat di daerah terpencil, membuat laporan untuk pihak donor, serta bekerja sama dengan pemerintah. (/Raf)