Perkembangan peradaban masyarakat kontemporer saat ini seringkali identik dengan proses modernisasi. Selain itu, peradaban kontemporer juga seringkali disandingkan bahkan beririsan dengan persoalan konsumerisme, eksistensi dan persoalan identitas. Perkembangan tersebut, sayangnya telah mencapai pada taraf yang memprihatinkan bahkan dinilai mengancam. Ancaman tersebut salah satunya bisa dilihat dengan masifnya pembangunan di wilayah perkotaan terutama berkaitan dengan pembangunan infrasturktur. Dalam pada itu, proses tersebut ternyata justru mematikan lingkungan (alam) dan manusia hingga mengubah proses interaksi di dalamnya.
Tafsir tersebut muncul dalam pameran seni FISIPOL Art Days (FAD) yang dibuka pada Senin (15/12) malam oleh Dr. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL UGM. Acara yang bertempat di Selasar Gedung BC FISIPOL ini merupakan bagian dari rangkaian acara Dies Natalis FISIPOL ke-60 dan akan diselenggarakan pada 14-19 Desember 2015.
Sementara itu, menurut Hamada Adzani Mahaswara yang bertindak sebagai kurator pameran, ide awal penyelenggaraan kegiatan ini selain untuk memeriahkan acara Dies Natalis FISIPOL ke-60 juga untuk mewadahi keinginan dan kreativitas mahasiswa FISIPOL dalam bidang seni. Selain itu, FAD membawa misi untuk melakukan kritik terhadap masyarakat kontemporer dengan segala kompleksitas di dalamnya melalui bahasa visual terutama dengan kreasi seni.
“Seringkali di FISIPOL kita hanya melihat kritik dilakukan dengan membuat penelitian dan mengembangkan gagasan. Kali ini melalui FISIPOL Art Days kita ingin merangkum gagasan bahkan kritik dengan bentuk yang berbeda melalui visual terutama seni,” ungkap perempuan yang biasa dipanggil Mada ini.
Dalam penyelenggaraannya, meski acara FAD baru pertama kali dilaksanakan tahun ini antusiasme mahasiswa untuk turut berpartisipasi sangat tinggi.
“Dari 60an karya yang masuk untuk proses seleksi, kami memutuskan ada 25 karya yang lolos dan masuk dalam proses kuratorial,” ujar Mada.
Kemudian, menurut Thya M Basmar (Sosiologi, 2013) dirinya sebagai salah satu peserta pameran merasa senang dengan diadakannya kegiatan semacam ini. Ia menilai bahwa kegiatan seperti ini hendaknya bisa diadakan tiap tahun lebih-lebih bisa dikembangkan serta bekerjasama dengan insitusi lain.
“Kedepannya saya berharap bisa dikembangkan lagi. Misalnya ada kerjasama antara FISIPOL UGM dengan lembaga yang lain,” tuturnya.
Dengan karya yang berjudul Kenal? ia menciptakan karya yang terbuat dari bahan plastisin dengan membuat miniatur ikon salah satunya dalam film Totoro yang dikeluarkan oleh Studio Ghibli. Dengan karya tersebut, ia ingin mencoba menghadirkan nuansa sekaligus nilai-nilai yang dibawa oleh film-film dari Studio Ghibli pada saat ini dan menghubungkannya kedalam kerangka suasana masyarakat kontemporer yang mengimani nilai-nilai modernitas. Dengan miniatur tersebut ia ingin mencoba memberi gambaran bahwa melalui film tersebut nilai-nilai ideal dalam kerangka modernitas sedang dibangun dan didistribusikan. (D-OPRC)