Yogyakarta, 1 Desember 2020—Sebagai salah satu dari bentuk dari virtual expo untuk para mitra, Sociopreneur Muda Indonesia atau Soprema FISIPOL UGM mengadakan siaran langsung Bincang Soprema melalui akun Instagram resminya. Kali ini, mitra Soprema yang diundang dalam Live Bincang Virtual Expo adalah Bongsang. Bongsang, akronim dari bonggol pisang, adalah salah satu merek dari CV Abopink yang didirikan pada tahun 2018 dan berlokasi di Indramayu. Bergerak di bidang food manufacturing berupa camilan kemasan keripik dari bonggol pisang, Bongsang berusaha memberdayakan petani pisang lokal di Indramayu dalam menjalankan bisnisnya. Hal inilah yang juga diangkat menjadi topik dalam Live Bincang Virtual Expo dengan Bongsang: menemukan ide bisnis anti-mainstream dan strategi pemberdayaan petani. Berusaha membahas bagaimana caranya menjadi “berbeda” di dunia bisnis yang terbuka lebar bagi siapa pun, bincang ketujuh ini dipandu oleh Achmed, perwakilan dari Soprema, dan menghadirkan Hera Wijaya sebagai perwakilan dari Bongsang.
Bincang dimulai dengan perkenalan dari kedua belah pihak, baik pemaparan mengenai gambaran singkat virtual expo yang digelar oleh Soprema dari Achmed, dan perkenalan diri dan profil singkat Bongsang dari Hera. Tidak lupa, Hera juga menceritakan sejarah berdirinya usaha Bongsang yang ternyata diawali dari sebuah tugas kuliah. Ia juga menceritakan perjalanan riset yang ia dan tim lalui, serta latar belakang darinya dan timnya Bongsang.
Pemilihan ide bonggol pisang ini awalnya lahir dari pengamatan Hera dan tim atas banyaknya jumlah petani pisang di Indramayu. Selain petani padi, ternyata petani pisang merupakan salah satu pekerjaan yang paling besar di Indramayu. Di sini, mereka melihat bahwa para petani ini tidak pernah memanfaatkan bonggol pisang, sehingga terkumpul sampah bonggol pisang dengan jumlah yang banyak menumpuk. Dari sini, ia dan tim pun menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu. Mengenai pemilihan olahan berupa camilan, Hera bercerita bahwa ia dan tim melihat bahwa kesempatan usaha camilan ini sangat besar setelah melihat data pasar yang ia dan tim olah sendiri. Oleh sebab itu, tercetuslah ide untuk memanfaatkan bonggol pisang menjadi olahan camilan.
Berkaitan dengan pemberdayaan petani, Hera menjelaskan bahwa Bongsang dalam perjalanannya mengikutsertakan petani, menjalani dua pendekatan, yaitu internal dan eksternal. Namun ternyata tidak semua pendekatan yang ia dan timnya jalani membuahkan hasil. Meski begitu, Hera dan timnya juga mendapatkan dukungan dari pemerintah setempat, sehingga banyak proses pengembangan usaha Bongsang yang dijalani dengan lancar.
Live Bincang Virtual Expo ini juga memberikan kesempatan bagi seluruh penonton siaran langsung untuk bertanya melalui kolom komentar. Pertanyaan-pertanyaan dari para penonton ini dibacakan oleh Achmed dan dijawab langsung oleh Hera. Beragam pertanyaan pun datang dari para penonton, baik hal-hal yang bersifat teknis maupun tidak. Hera juga membagikan pengalaman yang Bongsang lalui pada masa pandemi COVID-19 ini.
“Aku selalu mengedepankan tiga hal, yaitu attitude, intention, dan action,” kata Hera dalam penyataan penutupnya. Yang ia maksud dengan attitude adalah kesadaran bahwa ada banyak masalah di sekitar yang dapat dibantu serta diberdayakan dalam usaha yang dikembangkan. Sementara itu, intention lebih mengarah pada niat untuk berjualan dengan jujur dan tidak menipu. “Apa pun ide bisnisnya, jika tidak dijalankan, maka itu hanya sekadar ide,” jelas Hera untuk poin action. Setelah menegaskan ulang mengenai virtual expo Soprema, Achmed pun menutup bincang kali ini. Tayangan ulang dari Live Bincang Virtual Expo dengan Bongsang dapat ditonton di kanal IGTV Soprema. (/hfz)