Meninjau Kembali Hubungan Uni Eropa dan Asia Pasifik melalui Konferensi EUSAAP 2024 bersama IIS UGM dan KIKE

Yogyakarta, 21 Mei 2024─Dalam rangka menjaga stabilitas keamanan dan kesejahteraan di kawasan Asia Pasifik, Uni Eropa terus berupaya memperkuat kerangka kerja sama dengan negara-negara di kawasan tersebut. Salah satu contohnya adalah aksi konkret Uni Eropa yang dicetuskan pada tahun 2021 melalui peta kerja sama dalam tujuh sektor prioritas dari hubungan kerja sama oleh Uni Eropa, yakni mencakup aspek kesejahteraan, transisi energi hijau, tata kelola maritim, tata kelola digital dan kemitraan, keterhubungan, keamanan dan pertahanan, serta keamanan manusia. Sejalan dengan arah kebijakan kerja sama dari Uni Eropa tersebut, European Union Studies Association (EUSA) berkolaborasi dengan sejumlah mitra, termasuk Komunitas Indonesia untuk Kajian Eropa (KIKE) dan Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada (IIS UGM), menyelenggarakan Konferensi EUSAAP 2024. Konferensi ini diharapkan dapat menjadi forum strategis bagi para akademisi untuk saling bertukar pengetahuan seputar inovasi, kondisi, bahkan pengamatan terkait perubahan lanskap kebijakan luar negeri Uni Eropa dan negara-negara di kawasan Asia Pasifik dari perspektif interdisipliner.

Konferensi EUSAAP 2024 dimulai dengan sesi pembukaan di ruang Balai Senat Universitas Gadjah Mada (UGM). Sesi ini berisikan sambutan dari Bapak Muhadi Sugiono selaku tuan rumah konferensi, Prof. Martin Holland selaku Sekretaris Jenderal EUSAAP, serta Prof. Dr. Wening Udasmoro selaku Wakil Rektor UGM. Pidato inti dan presentasi disampaikan oleh Wakil Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam. Sesi pembukaan kemudian ditutup dengan diskusi meja bundar yang membahas secara lebih mendalam terkait tema besar konferensi, yaitu Revisiting EU-Asia Pacific Relations yang dipandu oleh Dr. Luqman Nul Hakim.

Mengutip sambutan dari Prof. Dr. Wening Udasmoro, Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM, konferensi EUSAAP 2024 merupakan platform penting untuk meninjau kembali hubungan Uni Eropa dan Asia Pasifik yang berkaitan dengan kepentingan mendesak dewasa ini. Prof. Dr. Wening Udasmoro menerangkan lebih lanjut bahwa tidak hanya sekadar menemukan strategi baru dalam kemitraan, tetapi penting juga untuk terus meninjau kesiapan dan dedikasi dalam membangun kemitraan yang kuat antara Uni Eropa dengan Asia Pasifik.

Berkaca dari urgensi tersebut, Prof. Dr. Wening Udasmoro melihat bahwa Konferensi EUSAAP 2024 merupakan forum penting untuk memproduksi pengetahuan yang inklusif bagi pembentukan ulang tatanan pemerintahan global. “As academics, we are crucial in providing nuances and perspectives on global governance. We are the beacon to produce inclusive knowledge that will be used for shaping or reshaping global governance. Hence, your participation in this conference would be highly appreciated,” jelas Prof. Dr. Wening Udasmoro.

Dalam wawancara singkat bersama Presiden EUSAAP, Bapak Muhadi Sugiono menggarisbawahi dinamika relasi Uni Eropa dengan Asia Pasifik. Di satu sisi, hubungan kedua belah pihak dinilai cukup menjanjikan karena adanya kepentingan bersama. Namun di sisi lain, tantangan tercermin dari bagaimana menyatukan perbedaan kondisi antara Uni Eropa dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik yang bersifat multikultural. Oleh karenanya, upaya meningkatkan hubungan Uni Eropa dengan Asia Pasifik sangat krusial demi menciptakan stabilitas keamanan serta mendorong pertumbuhan yang positif. “We need to build better communication and understanding that will create better relations. Hence, the real partnership can be achieved meaningfully,” imbuh Bapak Muhadi Sugiono.

Signifikansi Konferensi EUSAAP 2024 terhadap hubungan Uni Eropa dan Asia Pasifik juga disampaikan oleh Profesor Martin Holland selaku Sekretaris Jenderal EUSAAP. Konferensi tersebut merupakan langkah awal yang tepat untuk menjaga hubungan kerja sama antara Uni Eropa dan negara di kawasan Asia Pasifik seiring dengan terjadinya transisi geopolitik dunia. Menarik untuk melihat bagaimana para ahli, diplomat, dan young postgraduates berdiskusi secara mendalam terkait topik penelitian mereka. Kebangkitan Indonesia sebagai pusat ekonomi dan budaya global mendorong Uni Eropa untuk mengakui keberagaman yang dimiliki kawasan Asia Pasifik. Dalam hal ini, Uni Eropa telah berusaha mengubah pendekatannya terhadap kawasan Asia Pasifik untuk menciptakan kebijakan ekonomi-politik yang lebih baik.

Sejalan dengan pernyataan Profesor Holland, Wakil Ketua Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, Stéphane Mechati, menekankan pentingnya sebuah forum yang mampu mempertemukan dua sudut pandang dengan berbagai kepentingan, baik Indonesia maupun Uni Eropa. Tidak hanya sekadar propaganda dari salah satu pihak, tetapi Uni Eropa juga berkeinginan membangun dialog dan hubungan resiprokal yang saling menguntungkan antara Uni Eropa dengan kawasan Asia Pasifik.

Setelah berakhirnya sesi pembukaan Konferensi EUSAAP 2024, konferensi dilanjutkan dengan sesi presentasi panel dan diskusi yang bertempat di kawasan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Sesi presentasi panel diisi oleh sekitar 40 akademisi dan peneliti dari berbagai negara, baik yang telah menempuh studi sarjana maupun pascasarjana. Selain mempresentasikan temuan penelitian, sejumlah akademisi tersebut juga memiliki kesempatan untuk bertukar pendapat dan masukan terhadap penelitian mereka mengenai isu-isu dalam hubungan Uni Eropa dan Asia Pasifik.