Yogyakarta, 21 Januari 2021—Manajemen Kebijakan Publik (MKP) Book Club bekerjasama dengan GAMAPI Fisipol UGM kembali mengadakan “Pojok Buku MKP” pada Kamis (21-01). Pojok Buku MKP kali ini mendiskusikan buku berjudul Educated (2018) yang dikarang oleh Tara Westover. Pembahas diskusi buku adalah Indri Dwi Apriliyanti, MBA., Ph.D., doesn Departemen MKP dan Annisa Rahmania Jernih, mahasiswa MKP. Diskusi dibuka oleh sambutan dari salah satu dosen MKP yaitu Ario Wicaksono. Dalam sambutannya Ario berharap kedepannya akan ada kolaborasi dan diskusi bacaan-bacaan menarik lain seperti ini.
Pembahasan mengenai isi buku diawali oleh Annisa yang menceritakan mengenai latar belakang penulis dan bagaimana ia berhasil mengenyam pendidikan. Bagi Annisa, Westover merupakan sosok unik karena telah mengalami pendidikan paling tidak konvensional hingga pendidikan paling elit. Bahkan, di dalam bukunya, Tara bercerita bahwa ia memasuki perguruan tinggi tanpa menerima edukasi sebelumnya. “Westover tidak memiliki highschool diploma tapi memiliki dua gelar Ph.D dari Cambridge University”, tutur Annisa.
Indri mencoba menceritakan isi buku tersebut dari sisi yang lain. Indri memulainya dari penjelasan bahwa Westover tinggal selama hampir dua dekade di lingkungan keluarga yang memiliki ideologi fundamentalisme ekstrimis. Bagi Indri, hal ini tentu saja mempengaruhi pandangan anggota keluarga tersebut dalam memahami realitas eksternal. “Dalam kasus ini, pemahaman akan relitas sangat terdistorsi dari doktrin dan dogma yang dibangun oleh ayahnya yang dominan”, jelas Indri.
Indri kemudian mengkontekstualisasikan dengan kehidupan mahasiswa yang jauh dari orangtua. Menurutnya, di bangku perkuliahan para mahasiswa belajar mengembangkan critical thinking, pada saat yang sama juga mulai mengasah moral compass yang dibangun dengan nilai-nilai yang telah dipelajari sendiri. Indri melanjutkan, para mahasiswa membentuk diri sebagai individu dan memiliki ideologi serta nilai yang diyakini sebagai hasil dari sekian tahun kuliah dan tinggal jauh dari keluarga. “Nilai dan ideologi ini kemudian membentuk mahasiswa untuk menavigasi pandangan di masyarakat, terbebas dari dogma dan doktrin keluarga,” tutur Indri.
Setelah pemaparan oleh pembahas, diskusi dilanjutkan dengan sesi berbagi dari mahasiswa yang turut hadir. Salah satunya adalah Stevan Advent Satria, mahasiswa MKP angkatan 2020. Ia menyebutkan bahwa dalam konteks pandangan politik cenderung sama dengan keluarganya. Mahasiswa lain yang turut berbagi adalah Fery Dwi Setiawan, mahasiswa MKP angkatan 2019. Fery menceritakan mengenai perbedaan pengetahuan, budaya, pekerjaan di wilayahnya tinggal dengan wilayah yang tidak relatif jauh dari tempatnya. (/anf)