Kompetisi SOPREMA 2016 mengumumkan para jawaranya Rabu malam (7/9) di Grha Sabha Pramana. Awarding Night dikemas dalam acara Jamuan Makan Malam yang dihadiri seluruh peserta SOPREMA, dewan juri, dan para tamu undangan. Nama-nama yang keluar sebagai jawara SOPREMA, antara lain Ferry Verawati (Jawa Tengah), Indotani Makmur (Jawa Tengah), Jambi Youth Movement (Jambi), Najah (Kalimantan Barat), Sosis Cilukba (Jawa Timur), Nilam Socioenterprise (Yogyakarta) dan Nilam Socioenterprise (Riau). Masing-masing mendapatkan bantuan pengembangan usaha dari SOPREMA sebesar Rp 35 juta tim.
Gelar Sociopreneur Terbaik jatuh pada Nilam Socioenterprise dari Propinsi Riau. Nilam Socioenterprise membagikan bibit tanaman Nilam ke para pemilik lahan tidak produktif di sejumlah daerah di Riau. Nilam Enterprise membeli nilam yang menjadi bahan baku minak atsiri tersebut, mengolah dan memasarkanny. Atas kemenangannya tersebut, Nilam Socioenterprise berhak mendapatkan tambahan dana pengembangan sebesar 15 juta rupiah. SOPREMA 2016 juga memberikan penghargaan kepada Stan Terfavorit yang jatuh kepada Triyono, owner ojek online difabel dengan nama Ojek Difa.
Rangkaian kegiatan pada Rabu (7/9) kemarin diawali dengan Talkshow bertajuk Creativity: To Infinity and Beyond. Nama-nama yang didapuk sebagai pembicara antara lain Drs. Ponijan, M.Pd (Asisten Deputi Kewirausahaan Pemuda Kemenpora RI), Adita Irawati (VP Corporate Communication PT Telkomsel), Sri Sujarwati (Kripik Salak Cristal), Pepenk (Owner Klinik Kopi). Talkshow ini dihadiri oleh peserta umum baik pelajar maupun mahasiswa di Yogyakarta.
Drs. Ponijan, M.Pd memberikan motivasi pada para pemuda agar terus berwirausaha sosial. “Seseorang tidak mungkin menjadi juara jika tidak berani turun arena. Tidak akan menjadi wirausaha kalau tidak berani mencoba,” ungkap Ponijan memberi motivasi. Dukungan Kementerian Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Kemenpora) dalam dunia sociopreneur diwujudkan melalui pembenihan pelaku-pelaku wirausaha baru yang kesulitan dalam permodalan. Program-programnya antara lain pelatihan, pemagangan, kemitraan, dan promosi.
Selain dukungan Kemenpora, SOPREMA juga mendatangkan Adita Irawati sebagai perwakilan PT Telkomsel. Secara garis besar, Adita membahas tentang kreativitas pemuda di era digital. Menurut Adita, teknologi mengambil peran penting dan menjadi gaya hidup pemuda di masa kini. Meskipun begitu, Adita masih menyayangkan minimnya pemanfaatan teknologi untuk memproduksi dan mengkreasikan sesuatu. Padahal, bila dimanfaatkan dengan baik, teknologi akan memberikan keuntungan yang tidak kecil.
Adita juga menekankan pada kreativitas yang harus dimiliki oleh para pemuda. Menurutnya, kreativitas menjadi sesuatu yang harus dibudayakan, khususnya dalam dunia sociopreneurship. Akan tetapi, pemuda kerap kali membatasi kreativitasnya sendiri dengan mental block yang bisa menghambat pengembangan dirinya. “Kreativitas memegang peranan penting untuk membangun sociopreneur. Kreativitas mendorong terobosan-terobosan baru dan memunculkan diferensiasi yang membedakan satu produk dengan produk lain,” tambahnya.
Pepenk (Owner Klinik Jogja) memberikan tips khusus bagi para pemuda agar selalu kreatif dan berinovasi dalam berwirausaha. Cara yang dianggapnya ampuh adalah dengan jalan-jalan dan membaca buku. “Menjadi wirausaha itu bukan keturunan, bukan dadakan. Kita harus keluar dari zona aman, segalanya dimulai dari nol, dari hal yang sepele tetapi bisa diaplikasikan,” papar Pepenk. Senada dengan ketiganya, Sri Sujarwati juga berharap pemuda memiliki kemandirian dan kreativitas untuk memulai berwirausaha. Dia juga berharap kisahnya dapat menginspirasi orang banyak, “Saya ingin apa yang saya lakukan hari ini bisa dinikmati oleh bangsa saya sendiri.”
Sementara itu, 90 semifinalis SOPREMA menjalankan agenda field trip di 2 lokasi usaha sociopreneur di Yogyakarta. Para peserta menyambangi OSIRIS yang terletak di Desa Sidomulyo, Bantul. OSIRIS yang berdiri sejak 2014 ini merupakan usaha pengolahan es krim buah naga yang memberdayakan kaum difabel. Di OSIRIS, para peserta mendengarkan paparan materi dan melihat secara langsung proses pembuatan es krim buah naga oleh warga setempat. Selanjutnya, lokasi kedua yang menjadi tujuan field trip adalah Desa Wisata Nglanggeran di kawasan Gunung Kidul. Selain berwisata alam di embung, para peserta juga belajar tentang ilmu sociopreneurship yang telah lebih dulu diterapkan Nglanggeran sebagai produk wisata wirausaha sosial.