Yogyakarta, 9 Oktober 2020—Organization of Humanity Fisipol UGM kembali hadir dengan program OH Visitasi Edisi Online pada Jumat malam (9/10). Visitasi Online via Google Meet ini mengangkat topik “Kisah Relawan COVID-19: Berjuang Atas Dasar Kemanusiaan”. Sherry Anastasya (Ilmu Gizi FKM UI 2017), relawan Covid-19 di Wisma Atlet, berkesempatan menjadi narasumber pada kali ini. Acara berlangsung pada pukul 19.00-20.30 dan dimoderatori oleh Felice, mahasiswa Ilmu Komunikasi 2019.
Sebagai pengantar, Sherry berbagi cerita mengenai pengalamannya menjadi relawan di Wisma Atlet selama dua bulan, yaitu pada Juni dan Agustus akhir. Ia mengaku alasan menjadi relawan Covid-19 karena pada saat itu ada kesempatan pendaftaran dan dengan latar belakangnya yang kuliah di bidang kesehatan, Sherry dapat belajar dan mengetahui seluk beluk rumah sakit. Ia bercerita bagaimana kondisi tenaga medis ketika harus memakai APD selama bertugas, proses dekontaminasi yang cukup kompleks, hingga respon orang-orang ketika dites swab. Sherry sendiri menjadi relawan non-medis di bagian admin swab dan dekontaminasi. Jika di admin swab, Sherry bertugas sebagai administrator tes swab. Ia mengurusi pendataan pasien, dari mulai pendaftaran, panggilan antrian, menuliskan label data diri pasien, penomoran tabung, penginputan data ke komputer, hingga menyerahkan laporan ke atasan. Sedangkan ketika di bagian dekontaminasi, ia bertugas mengolah atau mengurusi limbah-limbah APD ataupun limbah infeksius dari tenaga medis setelah memasuki tower pasien. Ia mengatakan bahwa proses dekontaminasi bukan sembarang melepas APD lalu dibuang, tetapi harus melewati proses penyemprotan dengan cairan khusus, kemudian dibilas dengan air.
Dalam hal ini, relawan bertugas mengawasi agar proses dekontaminasi dilaksanakan dengan benar sehingga tidak terjadi kefatalan ketika ada virus yang menempel. Selain itu, ia juga bertugas membersihkan peralatan APD seperti boots, face shield, dan lainnya sebelum digunakan oleh tenaga kesehatan. Sherry mengaku pekerjaan ini cukup menyita waktu, sebab ia juga harus membagi waktu dengan kuliah. “Agak lumayan (lama) lah terutama yang di dekontaminasi karena jam kerjanya 8 jam, kalau di admin swab setidaknya jam kerjanya cuma 4 jam,” ujarnya.
Sherry menyebutkan bahwa bagian non-medis selain dekontaminasi dan admin swab, ada pula logistik, porter, admin sekretariat, pemulasaraan jenazah, asisten keperawatan, bidang IT, dan MCU. Selanjutnya, Sherry bercerita mengenai suka dan duka selama menjadi relawan di Wisma Atlet. Ia mengaku kesusahan untuk mengatur waktu antara kegiatan relawan dan kewajiban kuliah. Ditambah lagi ketika ia harus melakukan magang masyarakat yang merupakan kewajiban mahasiswa semester enam-tujuh, tetapi untungnya magang online. “Itu sih paling ngaturnya (waktu) susah disitu tapi syukurnya semua terlewati dan kayak nggak ada yang collab juga,” ungkap Sherry.
Namun, Sherry mengaku lebih banyak mendapat suka ketimbang duka karena pengalaman tersebut dinilai sangat worth it. Ia bertemu dengan teman-teman yang baik dari admin swab maupun dekontaminasi. Kekeluargaan sangat terasa karena saling memberi perhatian. Ia semakin merasa terbuka karena dapat membaur dengan masyarakat yang berbeda latar belakang. “Bertemu dengan macam-macam orang dengan background pendidikan dan ekonomi yang berbeda, benar-benar menyenangkan karena aku jadi betul-betul membaur sama masyarakat, selama ini hanya berkegiatan di kampus doang, jadi merasa terbuka banget,” ucap Sherry.
Dengan memperoleh dukungan dari keluarga dan teman-temannya, Sherry tidak terlalu mengalami masalah psikologis selama menjadi relawan Covid-19. Sedangkan tantangan terbesarnya adalah pada jam istirahat karena kegiatannya yang banyak membuat waktu tidur berkurang, bahkan sempat tidak tidur. Selain itu, tantangan lainnya adalah menjaga hubungan sosial bersama teman-teman agar tidak ansos (anti sosial) disamping menjalankan tanggung jawabnya. Menjadi relawan bagi Sherry merupakan sesuatu yang sangat berharga karena bakal ada pengalaman berkesan yang nantinya bisa diceritakan. Ia menyarankan untuk tidak takut mencoba volunteer karena segala kesulitan pasti akan ada solusinya, termasuk dalam hal manajemen waktu. “Teman-teman bisa fokus ke dua hal pada saat waktunya, waktu volunteer fokus volunteer, waktu kuliah fokus kuliah, pasti bisa kok terlaksana semuanya, semangat,” ucap Sherry. (/Wfr)