Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada (Fisipol UGM) bekerjasama dengan Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) serta Tim Siber Kreasi sukses menyelenggarakan acara bertajuk “Festival Literasi Digital (Firal)”. Firal digelar Minggu, 15 Oktober 2017 bertempat di Kampus Bulaksumur Fisipol UGM sejak pukul 09.00 WIB. Firal berhasil menghadirkan langsung Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Rudiantara sebagai pembicara. Tidak hanya dari kalangan pemerintah, acara ini juga menghadirkan pembicara dari pelbagai bidang yang berbeda, diantaranya adalah Nasaruddin Umar dari akademisi UIN, Samuel Rizal dari Persatuan Artis Film Indonesia, serta Tretan Muslim dan Gerald Sebastian sebagai Koordinator Kreator Youtuber.
Acara ini diawali dengan sambutan langsung oleh Panut Mulyono selaku Rektor UGM. Dalam sambutannya Panut menekankan bahwa UGM sangat mendukung adanya literasi digital. “UGM terus mendorong terkait dengan literasi digital dan di Fisipol ini kita memiliki CfDS yang konsen mengerjakan hal-hal terkait dengan informasi digital. Fisipol tidak bekerja sendiri, dalam hal ini Fakultas Teknik dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (MIPA) juga turut membantu dan terus mendorong agar di Indonesia ada peraturan pemerintah yang menaungi kita semua di dalam dunia digital ini,” jelasnya.
Sambutan selanjutnya dari Rudiantara yang sekaligus membuka puncak acara Firal. Pada kesempatan ini, Rudiantara mengatakan bahwa Indonesia mempunyai kekhasan tersendiri dalam merespon teknologi. “Kita kuat di komunitas, kita kuat di sosial. Media sosial berangkatnya adalah dari tatanan masyarakat dari kelompok-kelompok social. Seyogyanya awal muasal teknologi ada untuk merekatkan masyarakat, tapi makin kesini makin berkaitan dengan hal-hal yang negatif,” paparnya. Oleh karena itu, pemerintah sendiri mempunyai dua pendekatan untuk mencegah hal-hal yang negatif tersebut. Pertama, pendekatan hilir yaitu pemerintah melakukan pemblokiran atau penurupan akun. Kedua, pendekatan hulu yaitu dengan literasi bagaimana membuat masyarakat melek dan mengetahui penggunaan media sosial dan hal-hal yang berkaitan dengan digital.
Pendekatan kedua tersebut selaras dengan tema talk show yang menjadi puncak acara Firal bertajuk “Be a Cyberwise, Don’t Be a Cyberworst”. Talk show yang dimoderatori oleh Novi Kurnia selaku koordinator riset Japelidi (Jaringan Pengiat Literasi Digital) ini mengundang Samuel Rizal, Nazaruddin Umar, dan Rudiantara untuk memberikan pemaparan. Novi mengawali talk show ini dengan memberikan hasil riset yang dilakukan oleh Japelidi bahwa kegiatan literasi digital cenderung masih terkotak, insidental, sporadir, dan kurang bersinergi. Adapun penggiat kegiatan literasi digital masih dominan dilakukan dari kalangan perguruan tinggi dan kelompok sasaran paling banyak adalah remaja atau pelajar.
Samuel Rizal sebagai representasi generasi muda sekaligus publik figur mengungkapkan bahwa generasi milenial memang mudah terombang-ambing sehingga mudah untuk share dan klik tanpa crosscheck terlebih dahulu. “Generasi yang pure milenial ini harus pintar mengatur penguasaan diri dan attitude-nya sendiri karena mereka hidup di masa pure zaman milenial ini,” ujar Samuel. Senada dengan itu, Nasaruddin juga menekankan bahwa dalam menghadapi digitalisasi diperlukan kematangan badaniah, psikologis, dan emosional-spiritual.
“Kematangan ini perlu dipercepat, kalau dari perspektif islam itu ada tiga kali lahir, yaitu kelahiran biologis, kelahiran psikologis, kematangan dan kecerdasan emosional-spiritual. Nah saya kira untuk mengantisipasi perkembangan IT ini mau tidak mau kita harus mempercepat proses pematangan emosional-spiritual kita. Saya kira ini yang bisa menghandle dampak negatif dari perkembangan IT,” papar Nasaruddin kepada semua hadirin.
Di akhir talk show, Rudiantara juga menghimbau bahwa janganlah menjadi generasi yang mudah share dan forward hal yang negatif. “Jangan biarkan jempol kita lebih cepat dari pada otak kita, jangan biarkan belum apa-apa forward, belum apa-apa copy-paste, cek dulu,” jelasnya. (/ran)