Yogyakarta, 9 Juli 2020—Dalam rangka Dies Natalis yang ke-63, Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK) mengadakan webinar bertajuk “CSR untuk Pemberdayaan Masyarakat Menghadapi Krisis COVID-19”. Meski sebelumnya sudah pernah mengadakan webinar dengan topik peran CSR dalam penanganan krisis COVID-19, Departemen PSdK menawarkan kebaruan dalam webinar ini. Topik yang dibawakan pada webinar kali ini fokus untuk melihat peran dua aktor—perusahaan melalui CSRnya dan masyarakat—secara kolaboratif.
Dipandu oleh Galih Prabaningrum, S.Sos., M.A., dosen Departemen PSdK, sebagai moderator, webinar ini dilaksanakan melalui platform Webex. Webinar ini menghadirkan empat pembicara sekaligus. Dua pembicara merupakan perwakilan dari perusahaan, yaitu Karyanto Wibowo selaku Sustainable Development Director Danone Indonesia, dan Arya Dwi Paramita selaku VP CSR & SME Partnership Program PT Pertamina (Persero). Sementara itu, dua pembicara lainnya, yaitu Prof. Dr. Sudharto P. Hadi, MES, P.hD., selaku Ketua Dewan Pertimbangan PROPER dan Guru Besar Ilmu Lingkungan UNDIP, serta Drs. Suparjan, M.Si., Dosen PSdK Fisipol UGM, sebagai representatif dari akademisi.
Penyampaian materi mulai dilakukan setelah seluruh pembicara hadir di ruangan webinar Webex. Sebelumnya, tidak lupa moderator menyampaikan peraturan webinar dan urutan pembicara. Dimulai dari perwakilan perusahaan terlebih dahulu, kemudian baru dilanjut dengan representatif dari akademisi.
Kedua perusahaan, baik Danone Indonesia maupun PT Pertamina (Persero), selain memberikan bantuan berbentuk donasi sebagai respons cepat tanggap krisis COVID-19, juga melakukan kerja sama dengan berbagai UMKM dan komunitas lokal sebagai bentuk penanggulangan untuk dampak jangka panjang. Kerja sama ini merupakan suatu bentuk pemberdayaan agar para UMKM dan komunitas lokal dapat bangkit dan membangun resiliensi setelah terdampak COVID-19. Tentu, sebelum melakukan kerja sama, kedua perusahaan juga melakukan identifikasi dan pemetaan terkait mitra potensial. Pemetaan ini juga dilakukan untuk memisahkan pihak-pihak mana saja yang sekiranya akan menjadi subjek dan objek dalam pemberian bantuan. Subjek di sini merujuk pada pihak-pihak yang bisa mandiri dan ikut membantu yang lain dengan produk atau jasanya.
Salah satu program yang dilakukan oleh kedua perusahaan dan sangat relevan dengan kondisi pandemi saat ini adalah kerja sama pembuatan masker. Danone Indonesia memberdayakan UMKM di sekitar pabrik untuk memproduksi masker yang akan didistribusikan melalui satuan tugas COVID-19 Sukabumi. Sementara itu, PT Pertamina (Persero) mengalihkan UMKM industri garmen untuk memproduksi masker dan baju hazmat.
Selain pembuatan masker, tentu kedua perusahaan melakukan berbagai program pemberdayaan lainnya. PT Pertamina (Persero), contohnya, bekerja sama dengan 176 UMKM mitra binaan di seluruh Indonesia untuk memberikan bantuan dalam berbagai bentuk. Salah satunya adalah mitra binaan di sektor pangan yang diberdayakan untuk menjadi dapur umum. Sementara itu, Danone Indonesia bekerja sama dengan komunitas lokal menjalankan program padat karya konservasi dan WASH, bekerja sama dengan UMKM mengembangkan produk pangan dan herbal, serta memberdayakan petugas-petugas kebersihan.
Contoh program-program pemberdayaan yang dilakukan sebagai bentuk CSR tadi ditambahkan pula oleh Prof. Sudharto, yang diambil dari webinar PSdK sebelumnya. Prof. Sudharto juga mempertegas bahwa dalam penanggulangan dampak COVID-19, pendekatan komunitas adalah cara yang paling efektif. Artinya, masyarakat tidak hanya dilihat sebagai objek penerima bantuan, tetapi juga sebagai subjek—sama seperti langkah pemetaan yang sudah dilakukan oleh kedua perusahaan. Sejauh ini, masyarakat sudah memperlihatkan posisi dirinya sebagai subjek dengan melakukan berbagai inisiasi dan self-managing dalam menghadapi pandemi COVID-19. Pada kondisi ini, perusahaan dengan CSRnya dapat turut memfasilitasi dan meningkatkan skala dari inisiasi yang dijalankan oleh masyarakat. Tidak lupa, perusahaan juga perlu menyusun program CSR sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada masa pandemi ini.
Perihal mengapa pendekatan kolaboratif menjadi penting untuk diperhatikan dalam penanganan COVID-19 dibahas oleh pembicara terakhir, yaitu Drs. Suparjan. Beliau menyampaikan bahwa tiap aktor memiliki keterbatasan, baik dari segi pengetahuan, otoritas, maupun sumber daya, dalam menangani COVID-19. Oleh sebab itu, diperlukan adanya timbal balik antar CSR (corporate social responsibility) dengan ISR (individual social responsibility) sebagai bentuk kolaborasi. Pada dasarnya, konsep ISR ini sejalan dengan inisiasi tingkat komunitas yang dibahas oleh Prof. Sudharto.
Tata kelola kolaboratif yang baik merupakan langkah yang tepat untuk melakukan manajemen bencana—dalam konteks ini, pandemi COVID-19. Dalam tata kelola kolaboratif yang baik, seluruh aktor yang terlibat menjadi satu kesatuan. Mereka memiliki tujuan yang sama, membagi peran, serta mengambil keputusan bersama. Tidak lupa, Suparjan juga menyampaikan langkah-langkah yang dapat diambil oleh perusahaan dalam rangka membangun strategi kolaboratif CSR dan ISR.
Webinar diakhiri dengan sesi tanya jawab yang dilakukan sebanyak dua termin dengan total enam pertanyaan. “Kita sepakat bahwa adanya COVID-19 memberikan dampak pada masyarakat di berbagai sektor. Kita juga sepakat bahwa pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan haruslah bersinergi dengan berbagai macam aktor, tidak bisa hanya satu aktor,” ucap moderator di akhir webinar. Webinar pun resmi ditutup pukul 11.45 dengan pantun dari MC. (/hfz)