Yogyakarta, 15 Juli 2021─Dalam rangka menyemarakkan FISIPOL Healthy Campus Week 2021, FISIPOL UGM melalui Tim Wellness Center mengadakan acara “Pojok Dokter: COVID-19 Update” pada Kamis (15/7). Pembicara dalam acara ini adalah dr. Muhammad Fajri Adda’i, Dokter Umum Relawan COVID-19. Dihadiri oleh dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa, dan masyarakat umum, acara berlangsung melalui Live Streaming di Youtube Fisipol UGM. Masih dalam satu rangkaian terpisah, diadakan pula Konsultasi Dokter gratis secara online dan terbatas.
Diawali dengan pemaparan kondisi pandemi saat ini, di mana kepatuhan protokol kesehatan semakin turun yakni kepatuhan di 20 provinsi tak sampai 85 persen. Tidak hanya di Indonesia, tetapi seluruh dunia mengalami hal yang sama. Ditambah lagi kemunculan hoaks yang menghambat penanganan COVID-19. Hal ini berdampak pada peningkatan jumlah kasus, data terakhir Indonesia adalah 54 ribu kasus yang tercatat per 14 juli 2021. Parahnya, kematian di Indonesia akibat COVID-19 merupakan yang terbesar se-dunia hingga menggantikan posisi India. “Apapun itu kita tidak berbicara mengenai number, tapi kita berbicara mengenai sistem bahwa sudah overwhelming, sudah kewalahan, dan ini terjadi, kita tidak tahu sampai kapan, dan seramnya kematian kita terbesar di dunia,” kata dr. Fajri.
Peningkatan kasus yang meledak disebabkan oleh pencegahan yang kurang baik sehingga health system akan overwhelming. Ditandai dengan menurunnya kepatuhan protokol kesehatan dan outbreak besar pasca liburan, perkembangan kasus selalu naik ketika hari libur atau cuti bersama. Berdasarkan data Kemenkes RI, kapasitas isolasi di rumah sakit tersedia 108 ribu. Keterisian tempat tidur meningkat luar biasa, dalam waktu sebulan bertambah 50 ribu kasus di rumah sakit yang tertampung. “Grafiknya luar biasa tinggi, RS di Jogja 90% sudah penuh, kondisi rumit, dokter harus memilih siapa berdasarkan strata kesembuhan mana yang paling tinggi,” ujar dr. Fajri.
Outbreak besar ini tidak bisa diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan obat-obatan. Bahkan, penambahan kapasitas oksigen dilakukan dengan realokasi produksi oksigen untuk industri 90-100% difokuskan untuk medis. Namun, langkah tersebut tetap tidak cukup, dr. Fajri menerangkan, ketika sakit COVID-19 berat, seseorang membutuhkan 50-60 liter per menit oksigen.
Pada akhir sesi, dr. Fajri memaparkan protokol tatalaksana COVID-19 di Indonesia. “Isolasi mandiri sebaiknya, pertama kita tidak perlu panik, tenang dulu, karena COVID ini 92% akan sembuh. Kedua, CT value untuk pelepasan isolasi itu kita tidak perlu mengulang nilai CT, jika tidak bergejala maka 10 hari (isolasi) cukup karena virus ini akan hilang dengan sendirinya, jika bergejala 10 ditambah 3 hari itu cukup, kecuali masih bergejala berat itu dokter yang akan menentukan PCR lagi atau tidak,” pungkasnya.