Prestasi Andy dan Nando, Pandemi Bukan Dalih untuk Berhenti

Yang ramai jadi sepi, yang ribut jadi tenang, yang cepat jadi begitu lambat. Pandemi boleh saja memaksa kita untuk berdiam diri di rumah. Tapi agaknya ia tak bisa membuat kita berhenti bekerja, belajar, berharap, dan melakukan banyak hal baik lainnya. Kebutuhan yang harus dipenuhi, persoalan yang harus diselesaikan, waktu yang terus berlalu, dan semesta yang terus bekerja adalah realitas yang tak bisa dihindarkan. Sama halnya yang dirasakan Ibnu Andy Wicaksana, mahasiswa Departemen Politik dan Pemerintahan yang baru-baru ini mendapatkan kejuaraan dalam Lomba Online Distancing Model United Nations (ODMUN) 2.0. Ia merasa bahwa masa pandemi memberikan pelajaran tentang penyesuaian diri yaitu adaptasi.Mahasiswa yang akrab di sapa Andy ini menuturkan bahwa pandemi memberi pengaruh yang banyak ke MUN sehingga membuat kegiatan dialihkan menjadi online. Namun, kondisi pandemi yang tidak dapat diprediksi kapan berakhirnya ini memaksa Andy untuk -mau tidak mau- beradaptasi. “Karena substansi MUNnya sama, online dan offline itu hanya platformnya saja,” terangnya. Mahasiswa yang juga diamanahi sebagai Presiden di UGM MUN Community tersebut memang baru saja mendapatkan Juara III dalam ODMUN 2.0. Dalam pernyataannya, lomba tersebut merupakan salah satu pioneer MUN online di Indonesia yang juga diakui oleh Sekjen PBB Antonio Guterres.

Dengan mengusung tema “Preserve the liberty, advance the prosperity,” Andy mengambil topik yang cukup menjadi pokok bahasan utama mengenai council historical crisis yaitu afghan soviet war di tahun 1980. Ada beban sekaligus keuntungan yang Andy dapatkan dalam topik tersebut. Di satu sisi, topik yang ia ambil membuatnya menjadi pusat diskusi. Namun, di sisi lain, hal tersebut juga membuatnya bisa mendominasi. Selama proses perlombaan tersebut, Andy mengaku cukup asik karena bisa bertemu banyak orang. “Karna dari awal memang pengin  fun aja debating and negotiating, jadi award adalah salah satu bonus buat aku personal,” pungkasnya.

Tak hanya Andy, Fernando Galang Rahmadana, mahasiswa tingkat akhir Departemen Sosiologi UGM juga berhasil menutup tahun 2020 dengan sempurna. Ia berhasil meraih Juara I dalam Lomba Esai Jambore Konservasi Alam yang diadakan oleh Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). Berdasarkan tema yang diusung panitia yaitu “Interaksi antara Manusia dan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru”, Nando mengirimkan karya esai berjudul “Kaum Muda sebagai Warga Pribumi Media Sosial dalam Pengembangan kawasan TNBTS”. Menurut penuturannya, judul tersebut merupakan wujud penyederhanaan teori digital native yang juga sempat disampaikan oleh panitia saat pembekalan. Sebab, panitia penyelenggara berharap karya yang ditulis oleh peserta tidak perlu menggunakan bahasa yang ndakik-ndakik agar dapat dipahami oleh masyarakat umum. “Pesan itu semacam jadi tamparan betul sih buatku sebagai seorang akademisi, untuk apa tulisan dengan bahasa yang tinggi-tinggi kalau nggak ada artinya buat kebermanfaatan masyarakat,” tutur Nando.

Sebelumnya, mahasiswa yang saat ini sedang menjalani skripsi itu memang cukup menggeluti kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan. Di kampus, Nando sempat aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) tingkat fakultas dan universitas yaitu Jamaah Muslim Fisipol dan UKM Peduli Difabel. Selain itu, ia juga mengaku menghabiskan waktu lebih banyak di luar kampus, mulai dari kerja paruh waktu hingga kegiatan kerelawanan. Kegiatan tersebut antara lain, kerja paruh waktu di perpus FISIPOL (2018-2020); relawan gempa Lombok (2018); relawan banjir bandang Lebak Banten (2020); relawan di Solidaritas Pangan Jogja (2020); dan relawan DERU UGM (2020). Rentetan kegiatan tersebut ia geluti sebelum dirinya fokus mengerjakan skripsi. “Sejak Oktober hingga sekarang kerja paruh waktu di Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPKM) sambil skripsi,” lanjutnya.

Dibalik segudang pengalamannya tersebut, ternyata ada proses panjang dalam dunia kepenulisan yang juga ia senangi. Nando menuturkan bahwa lomba yang ia menangkan tersebut merupakan lomba kepenulisan pertamanya. Sebelumnya, ia merasa kurang percaya diri untuk mempublikasikan hasil tulisannya ke publik. Hal tersebut bermula dari kegiatan KKN yang mengharuskannya untuk membuat program policy brief. “Entah kenapa aku berani banget nyebarin ke semua orang karena aku merasa percuma kalau bikin tulisan bagus-bagus tapi nggak ada yang baca, nggak ada manfaatnya,” imbuhnya. Setelah itu, ia mulai berani untuk menulis dan mempublikasikan artikelnya ke beberapa platform dan media. Dari situlah muncul keberaniannya untuk mempublikasikan hasil tulisannya ke banyak orang.

Puncak dari keberaniannya tersebut yaitu mengikuti lomba yang diadakan oleh TNBTS. Nando merasa sangat optimis untuk dapat memenangkan perlombaan ini. Keoptimisan tersebut sampai membuatnya nekat menggunakan uang simpanan UKT nya untuk membeli tiket liburan ke Bali sebelum pengumuman lomba. “Ya kalo menang, biaya ke Bali ku ke bantu, kalo kalah, aku hanya punya waktu beberapa minggu buat nyari duit buat bayar UKT semester ini,” tutur Nando sembari mengingat kenekatannya saat itu. Namun, keoptimisannya tersebut bukan berarti tidak berdasar. Sebelumnya Nando sempat mencari data untuk keperluan skripsinya ke Taman Nasional Bromo tengger Semeru. Sehingga, Nando merasa memiliki data yang cukup sebagai bahan tulisannya. Selain itu, ia juga sempat membantu salah satu adik tingkat untuk mengerjakan proposal skripsi yang mengangkat tema tentang studi kepemudaan. “Aku menyadari, pandemi ini justru mengembalikan diriku seperti apa yang aku inginkan, diberikan berbagai ujian, penuh pengambilan resiko yang menurutku gila, tapi aku tetep kuat melewatinya sampai selesai,” pungkasnya. (/Ann)