
Yogyakarta, 4 Juni 2025—Tantangan dunia kerja saat ini tidak hanya persoalan lapangan pekerjaan, namun juga transisi prospek pekerjaan dan isu sosial yang dipengaruhi oleh perkembangan teknologi modern. Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan (PSdK), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada kembali menggelar diskusi Self Development Series bertajuk “Social Work Without Borders” pada Rabu (4/6).
Ranggi Lukfi Aprilianzah, lulusan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Universitas Indonesia yang baru saja menyelesaikan studinya di Master of Social Work, Columbia University membagikan sejumlah tantangan kerja masa kini yang berkaitan erat dengan isu-isu ketenagakerjaan di Indonesia. Menurutnya, berbicara tentang pekerja tidak terlepas dari isu perlindungan kerja, ketimpangan, hingga kebijakan pemerintah. Seluruh isu ini terus bergulir dan saling terkait satu sama lain tanpa batasan disiplin, sektor, bahkan negara.
Salah satu kelompok yang jarang dibahas adalah isu pekerja sosial. Mereka adalah kelompok pekerja yang berperan mencegah disfungsi sosial dan mendorong penyelesaian masalah kemasyarakatan. “Pada prinsipnya, pekerja sosial harus menjunjung tinggi nilai dan martabat setiap individu, memerjuangkan hak asasi manusia, keadilan sosial, dan menentang diskriminasi,” ungkap Ranggi. Pekerja sosial memiliki peran penting untuk ‘menyelamatkan’ individu atau masyarakat dari ketidakstabilan kondisi sosial politik dan ekonomi.
Pekerja sosial seringkali dianggap sebatas pekerjaan relawan sosial. Padahal menurut Afkar, pekerja sosial justru memiliki urgensi lebih dari sekedar membantu masyarakat. Beberapa kasus menunjukan adanya peran penting pekerja sosial di balik isu-isu penindasan dan ketidakadilan yang dialami masyarakat. Selain memberikan bantuan ke individu, pekerja sosial mampu menjadi agent of change untuk mengadvokasi kebijakan-kebijakan pemerintah yang dirasa kurang tepat.
Dalam pengalamannya, Afkar mengakui adanya tren sebagai pekerja sosial klinis di Amerika Serikat. Columbia University menyediakan program studi khusus untuk mendalami ilmu klinis sebagai pekerja sosial sekaligus mendapatkan sertifikasinya. Tentunya program tersebut bisa menjadi salah satu opsi untuk melanjutkan pendidikan bagi mahasiswa PSdK. Kendati demikian, Afkar mengakui ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan seputar Columbia University.
“Ada beberapa pertimbangan ya, termasuk latar belakang dari institusi ini yang andil dalam militer, kemudian misalnya masalah ekspansi kampus yang menggusur masyarakat lokal, dan juga tanggapan kurang bijak terhadap isu Palestina,” ujar Afkar. Ia menyarankan untuk memertimbangkan berbagai latar belakang dan keberpihakan institusi perguruan tinggi sebelum menempuh pendidikan di sana.
Lebih lanjut, Afkar juga memberikan tips dan trik untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri. Ada berbagai skema pembiayaan beasiswa, mulai dari fully funded, pendanaan gabungan, atau biaya kuliah saja. Pemerintah Indonesia juga membuka kesempatan pembiayaan melalui beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) yang kerap menjadi andalan mahasiswa nasional.
Hal yang tak kalah penting adalah bagaimana beradaptasi dengan lingkungan baru di negara asing. “Balik lagi teman-teman, banyak sekali program internasional yang mengutamakan atau menjunjung tinggi nilai multikulturalisme. Jadi perlu ada pemahaman seputar pandangan teman-teman terhadap keberagaman budaya,” pungkasnya.