Yogyakarta, 30 Oktober 2020—Memperingati Hari Kesehatan Mental Sedunia, Career Development Center (CDC) Fisipol UGM mengajak seluruh civitas academica Fisipol UGM untuk peduli akan pentingnya kesehatan mental melalui rangkaian acara Mental Health Society yang tahun ini mengusung tema besar “Surviving Pandemic: Mental Well-Being Through Digital Society”. Melalui rangkaian acara Mental Health Society, akan ada tiga webinar yang membahas mengenai kesehatan mental, karir, dan kekerasan seksual.
Rangkaian acara Mental Health Society 2020 diawali dengan talkshow kesehatan mental berjudul “Digital wellbeing: Coping with Anxiety, Insecurity, and Loneliness” yang dibawakan oleh dua narasumber diantaranya Nurul Kusuma selaku Psikolog Center for Public Mental Health (CPMH) UGM dan Diah Purwita Rini selaku Psikolog di Miracle Yogyakarta.
Nurul membuka diskusi mengenai cara mencapai digital wellbeing. “Saat ini teknologi sangatlah membantu kita, namun beberapa masalah juga bisa muncul ketika kita overused dalam menggunakan teknologi. Di masa pandemi sudah selayaknya kita lebih aware tentang digital wellbeing,” ujar Nurul.
“Kata kunci dalam mencapai digital wellbeing adalah keseimbangan optimal antara manfaat dan kerugian akibat keterhubungan secara daring. Individu mencapai digital wellbeing ketika merasakan manfaat secara maksimal tanpa kehilangan kendali dan menyebabkan hambatan,” jelas Nurul.
Nurul menyampaikan banyak permasalahan baru yang muncul di masa pandemi. “Karena kebutuhan pemakaian teknologi digital yang tinggi saat ini, kita sering mengalami masalah pengaturan screentime. Kita seperti menggantungkan dinamika kehidupakan kita pada gadget tanpa kita sadari. Dampak paling umum adalah kecemasan dan depresi,” terang Nurul.
Lebih dalam lagi, dampak dari ketidakseimbangan pemakaian teknologi digital bisa menyebabkan adanya cyberbullying, doxing, cyber victimmization, hingga Fear Of Missing Out (FOMO) yang menyebabkan kecemasan meningkat. Bagi Nurul, cara efektif dalam melakukan pencegahan dan promosi mengenai digital wellbeing adalah literasi digital untuk membantu menavigasi antara kehidupan digital dan kehidupan nyata serta melakukan wellbeing by design, misalnya membuat platform digital yang mensosialisasikan digital wellbeing.
Selanjutnya, diskusi dilanjutkan oleh Diah Purwita Rini mengenai self healing untuk pengoptimalan akademik. “Saat ini, kita semua sedang struggle untuk belajar di masa pandemi, kita harus saling berempati pada dosen, mahasiswa, maupun keduanya,” ujar Diah.
Diah pun menjabarkan tantangan- tantangan proses akademik yang dihadapi saat ini, diantaranya kecemasan dan depresi yang menghambat siswa belajar, tidak meratanya keterampilan teknologi digital, hingga proses adaptasi perilaku, psikososial, dan lingkungan yang cukup berat bagi mahasiswa.
“Maka dari itu, di tengah tantangan pembelajaran yang dihadapi, kita perlu mempraktikkan mindfullness, yaitu cara untuk mencoba memperhatikan penderitaan diri atau memberi perhatian pada kekinian atau present moment,” ujar Diah.
Mindfullness sendiri merupakan satu dari tiga komponen dari compassion atau kasih sayang. “Kunci hidup bahagia adalah life compassion, yaitu sadar bahwa saat ini kita sedang kebingungan, mampu mengkontrol diri, yang nantinya akan menjadikan kita lebih resilient, daya tahan yang kuat dan bisa beradaptasi di masa pandemi, bahkan bisa muncul kreatifitas baru,” ujar Diah.
Selain mindfullness, dua komponen lain dari life compassion adalah kindness untuk memperlakukan diri sendiri atau orang lain dengan kepedulian, dan common humanity yang melihat pengalaman diri atau orang lain sebagai bagian dari pengalaman manusia yang lebih luas.
Diah pun menyampaikan bahwa agar mencapai keseimbangan, dibutuhkan suatu upaya self healing untuk menyembuhkan luka batin yang bisa ditemmpuh melalui tiga metode. Pertama, metode mindfulness dengan memberi perhatian penuh pada pikiran, perasaan, sensasi tubuh, serta kejadian yang dialami. Kedua, metode self compassion dengan memahami keadaan diri, memberi respon atas penderitaan yang dialami, dan disertai keinganan untuk menolong diri sendiri.
Terakhir adalah metode reframing dan cognitive restructing untuk membingkai ulang makna kejadian yang menimbulkan penderitaan, kemudian dengan sengaja menuliskan diri baru yang lebih bahagia.
Melalui rangkaian acara Mental Health Society 2020, CDC mengajak seluruh civitas akademika Fisipol untuk senatiasa menyadari pentingnya kesehatan mental. Untuk mengetahui Informasi dan ikut berpartisipasi pada rangkaian acara Mental Health Society 2020, CDC menyediakan informasi terkini yang dapat diakses melalui Instagram @cdcfisipolugm. (/Afn)