Yogyakarta, 3 Juni 2024–Sebuah tragedi kemanusiaan yang tidak terbayangkan dan tidak dapat diterima. Kalimat tersebut dipilih oleh Retno Marsudi, Menteri Luar Negeri Republik Indonesia, untuk mendeskripsikan kekejaman demi kekejaman yang dilakukan oleh Israel terhadap bangsa Palestina. Sejak Oktober 2023, dua juta orang telah tergusur dari rumah mereka dan puluhan ribu orang serta anak-anak terluka dan terbunuh. Hal tersebut disampaikan oleh Retno dalam Kuliah Umum bertajuk “Diplomasi Indonesia untuk Palestina” yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) UGM pada Senin (3/6) di Balai Senat UGM.
Menurut Retno, Israel tengah melakukan berbagai upaya sistematis dan strategis untuk menghabisi Palestina. Salah satunya adalah dengan menyebarkan tuduhan keterlibatan staf United Nations Relief and Works Agency for Palestine Refugee in the Near East (UNRWA), lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dengan Hamas. Tuduhan tersebut, meskipun belum terkonfirmasi, telah menyebabkan Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa Barat untuk menghentikan bantuannya kepada UNRWA. “Upaya pelemahan tersebut tidak hanya dilakukan untuk memperburuk pelayanan kepada para pengungsi, tetapi untuk meniadakan isu soal pengungsi, meniadakan isu right to return bagi pengungsi,”, tegas Retno.
Upaya pelemahan terhadap UNRWA bersama dengan serangkaian kejadian lainnya, seperti serangan terhadap kamp pengungsian di Rafah yang dilakukan hanya beberapa hari setelah dikeluarkannya perintah dari Mahkamah Internasional agar Israel menghentikan tindakan militer yang ofensif serta penolakan Netanyahu terhadap two state solution, menunjukkan bahwa Palestina akan terus dihabisi. “Pelanggaran demi pelanggaran terus dilakukan oleh Israel. In short, situasi Palestina terus memburuk,” tukas Retno. Retno juga menjelaskan bahwa Israel semakin gencar melobi negara-negara muslim agar mulai membuka hubungan dengan Israel.
Menyikapi tindakan yang dilakukan Israel terhadap Palestina, Retno menyatakan bahwa Indonesia yang berpijak pada prinsip nilai-nilai universal berkomitmen untuk berada pada garis terdepan dalam membela keadilan dan kemanusiaan bagi Palestina. Indonesia bersama dengan negara-negara lain yang tergabung dalam Organization of Islamic Cooperation (OIC) Contact Group terus menyampaikan kepada negara-negara Permanent Five (P5) yang memegang hak veto di PBB bahwa kekejaman tersebut harus segera dihentikan. “Kami mendorong agar gencatan senjata harus terealisasi serta negosiasi soal two state solution dapat segera dimulai dan terwujud,” ucap Retno.
“Perjuangan bangsa Palestina masih panjang. Perjuangan Indonesia dan dunia internasional juga masih panjang. Yang kita perlukan adalah ketegaran dan konsistensi untuk terus berpegangan pada prinsip. Kita perlu kekokohan, keberpihakan terhadap keadilan, perdamaian, dan kemanusiaan. Kita semua mempunyai kewajiban untuk membela keadilan dan kemanusiaan, sesuai yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945,” tutup Retno. Upaya perdamaian yang dilakukan oleh Indonesia juga termasuk salah satu perwujudan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) ke-16 berkaitan dengan Perdamaian, Keadilan dan Kelembagaan yang Kuat. (/tt)