
Telah Terbit: Artikel Megashift FISIPOL UGM
“Komedi Satire dalam Ruang Publik Digital: Bentuk Partisipasi Politik Kekinian”
Karya: Ardi Muhammad Rifqi
Tulisan ini mengurai bagaimana tren komedi satire lahir dari tiga faktor: mudahnya akses media sosial, maraknya stand-up comedy, dan terbatasnya ruang ekspresi akibat regulasi seperti UU ITE. Di ruang publik digital, komedi satire berkembang menjadi medium yang kreatif, ringan, namun tajam dalam menyuarakan kritik sosial dan politik.
Artikel ini menampilkan contoh nyata, seperti konten Bintang Emon yang mengkritik rencana anggaran gorden DPR hingga satire publik atas rencana kenaikan PPN 12%. Keduanya menunjukkan bahwa konten satire mampu memantik diskursus luas di ruang digital, bahkan memengaruhi respons cepat pemerintah—fenomena yang kini dikenal sebagai viral based policy.
Hal menarik dari artikel ini adalah sorotannya pada kewargaan digital (digital citizenship), yaitu bagaimana masyarakat menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan ide politik, mengawasi kebijakan, hingga mendorong advokasi publik. Komedi satire, dengan bahasanya yang ringan dan jenaka, terbukti bisa meningkatkan literasi politik, memperkuat demokrasi, sekaligus memperluas partisipasi generasi muda dalam politik.
Lebih dari sekadar hiburan, artikel ini menegaskan bahwa satire adalah bentuk partisipasi politik kekinian yang efektif, egaliter, dan dekat dengan keseharian masyarakat digital.
Sebagai bagian dari agenda pembangunan global, artikel ini juga terkait dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya:
-
SDG 16 (Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh): karena komedi satire memperkuat akuntabilitas pemerintah dan partisipasi publik dalam tata kelola demokrasi.
-
SDG 10 (Mengurangi Ketimpangan): dengan membuka akses partisipasi politik yang lebih inklusif melalui ruang digital.
-
SDG 4 (Pendidikan Bermutu): karena konten satire mampu meningkatkan literasi politik masyarakat secara populer dan kreatif.