Segudang Prestasi Mapres Fisipol 2019—2020

Seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres) Fisipol pada September tahun lalu mengantarkan Gardenia Sekartaji (HI 2017) sebagai Jawara dan Astrid Ningtyas (PSdk 2017) sebagai Runner Up. Seleksi ini terdiri dari dua tahap yaitu seleksi berkas dan presentasi karya tulis. Dari dua tahap ini kemudian nilai diakumulasi dan munculah dua nama dengan nilai tertinggi yang akan mewakili Fisipol di gelaran Supercamp Mapres UGM.

Supercamp Mapres UGM adalah acara tahunan yang diadakan Direktorat Kemahasiswaan UGM dalam rangka menjaring mahasiswa berprestasi yang akan mewakili UGM di ajang Pemilihan Mahasiswa Berprestasi Nasional. Tahun ini jika sesuai rencana, Supercamp diadakan tanggal 21 Maret 2020, tetapi pada akhirnya diundur hingga tanggal yang belum ditentukan karena pandemi COVID-19. Pemilihan Mapres di UGM sebenarnya menyesuaikan linimasa pemilihan Mapres Nasional. “Pemilihan Mapres Nasional juga diundur, belum ada kabar sampai kapan,” ungkap Gardenia Sekartaji atau yang akrab dipanggil Sekar ketika dihubungi Media Fisipol melalui telepon.

Sekar menceritakan kisahnya hingga terpilih menjadi Mapres FISIPOL. Mulanya Sekar diberitahu informasi mengenai seleksi Mapres Fisipol oleh Astrid (sapaan akrab Astrid Ningtyas) yang kemudian didorong untuk ikut serta. Sekar maupun Astrid  memang sudah lama saling kenal karena mereka berada dalam satu UKM univeristas yaitu English Debating Society (EDS). Keduanya bahkan sudah sering bertemu sejak SMA karena mengikuti perlombaan debat yang sama. Hingga kini di perguruan tinggi mereka tergabung dalam EDS, dimana Sekar sudah bergabung sejak tahun pertama, dan Astrid sejak tahun kedua perkuliahan.

Tidak sedikit perolehan prestasi Sekar dari berbagai macam lomba debat baik di tinggkat regional, nasional hingga Asia. Hingga saat ini jika ditotal ada sekitar dua puluh prestasi yang ditorehkan, meliputi juara lomba dan best speaker. Ketika ditanya berapa kali mengikuti lomba, Sekar sontak menjawab, “Wah, pasti kalau lomba jumlahnya bisa tiga kali lipat dari itu, karena memulai sesuatu diperkuliahan itu tidak mudah”.

Dari puluhan perlombaan yang diikuti, salah satu yang pernah diikuti Sekar adalah Malaysia Monash Debating Open, pada 2019 lalu. Pada perhelatan ini Sekar berhasil menyabet Novice Champion dan menjadi grand final best speaker. Lomba debat terakhir yang diikuti oleh Sekar yaitu Yogyakarta Asian British Parliamentary. Pada kejuaraan level Asia bergengsi ini, Sekar berhasil menjadi semifinalis. Kedua lomba ini adalah lomba yang diikuti oleh Sekar dan Astrid dalam satu tim. Mereka berdua memang beberapa kali menjuarai ajang bertaraf nasional dan internasional bersama-sama. “Bahkan beberapa sertifikat yang aku apply buat mapres ini sama dengan sertifikatnya Astrid,” tutur Sekar.

Belasan lomba debat juga telah diikuti oleh Astrid, baik level regional, nasional dan internasional. Jika ditotal ada lebih dari tujuh prestasi yang sudah ditorehkan oleh Astrid. Bagi Astrid, perlombaan yang paling berkesan adalah Malaysia Monash Debating Open, yang diikutinya bersama Sekar pada 2019 lalu. Selain perlombaan internasional, pada perlombaan debat bahasa Indonesia yang diselenggarakan Kemeneristekdikti di tingkat DI Yogyakarta, Astrid mendapat juara satu. Di perlombaan yang sama di tingkat nasional, Astrid mendapat predikat pembicara terbaik keempat dan medali emas pada 2019 lalu.

Selain mengikuti beragam perlombaan, di tahun pertama kuliah, Astrid juga pernah mengikuti volunteer ke Kamboja. Astrid melakuka kegiatan volunteer di Kampong Cham, wilayah yang tidak terjangkau pembangunan di Kamboja dengan mayoritas penduduk muslim. Program yang diadakan oleh International Friendship Program ini dijalani Astrid selama seminggu di dua desa. Kegiatan sosial yang dilakukan yaitu penggalangan dana, membangun masjid, dan mengajar anak-anak. Selain volunteer, Astrid juga pernah magang sebagai partimer di International Conference of Social Development pada 2019 lalu.

Selain menceritakan segudang prestasi, baik Sekar dan Astrid juga berbagi kiat-kiat menjaga semangat belajar di tengah pandemi. Sekar sendiri mengaku memang susah menjaga semangat kuliah di tengah pandemi ketika setiap hari sosial media selalu memborbardir dengan kabar yang mengkhawatirkan. Maka dari itu Sekar menyarankan agar mahasiswa mencari rutinitas yang lebih fleksibel agar bisa menyelesaikan tugas-tugas tanpa beban. “Take it easy on yourself, situasi ini tidak pernah kita hadapi sebelumnya,” imbuh Sekar.

Senada dengan Sekar, Astrid mengatakan bahwa perasaan anxious dan tidak produktif di tengah pandemi ini adalah hal yang wajar. Astrid menyarankan untuk tidak terlalu stress serta mengerjakan tugas dengan sabar dan santai hingga selesai. “Do the best coping mechanism during quarantine,” pungkas Astrid. (/anf)