Kamis siang, tepatnya pada 26 Juni 2014 Pk 13.00 WIB, IIS atau Institute of International mengadakan diskusi terbuka mengenai penghapusan tenaga nuklir. Tema yang diangkat yakni Menuju Dunia Bebas Senjata Nuklir ini berlangsung selama dua jam di ruang BA 201. Adapun pembicara dalam seminar ini yakni Muhadi Sugiono, MA selaku staf pengajar Jurusan Hubungan Internasional, UGM sekaligus pengkampanye anti nuklir internasional dan Yunizar Adiputera, yakni program Officer POHA IIS UGM sekaligus pengkampanye anti nuklir internasional. Acara dipandu oleh staf pengajar Jurusan Hubungan Internasional, UGM yakni Rochi Mohan Nazala atau yang akrab dipanggil Awang.
Salah satu isu yang berkaitan dengan masalah kemanusiaan ini dianggap urgen dikaji lantaran nuklir memiliki dampak sistemik bagi skala global jika memang diluncurkan. Pada awalnya, nuklir dianggap sebagai instrument perdamaian untuk memenangkan perang yakni pada Perang Dunia II. “Kita ingat saat itu Jepang menyerah. Ini menunjukkan (tenaga nuklir) hasil positif”, ungkap Yunizar mengawali paparannya. Disisi lain tenaga yang menghabiskan anggaran lebih dari 200 US Dollar untuk merawat ini membawa dampak membahayakan bukan hanya bagi keseimbangan kemanusiaan melainkan hadir berbagai implikasi seperti masalah politik, pertahanan negara bahkan maslaha anggaran yang harus dikucurkan demi perawatannya.
Lebih dari 70% negara di dunia menolak ratifikasi nuklir. Sebut saja di tahun 2012 terdapat 85 negara menolak, tahun 213 sebanyak 125 negara menolak dan tahun 2014 tepatnya bulan April dan Mei kemarin beberapa negara di kawasan Amerika membentuk agenda koalisi baru untuk membangun plakat pelarangan senjata nuklir.
Dafri Agussalim, salah satu pengajar senior Jurusan HI menanggapi kajian yang dilakukan. Beliau mengkritisi efek yang ditimbulkan nantinya sejauh ribuan kilometer, berbagai perangkat yang digunakan untuk mendukung pengadaan nuklir dan penggunaan high level technology. Diskusi ditutup dengan dua pokok kesimpulan. Pertama, saat ini dunia tengah bergerak menuju upaya tanpa senjata nuklir. Kedua, ada tiga segmentasi untuk mengkampanyekan semangat antinuklir diantaranya masyarakat internasional, pemerintah dan masyarakat sipil. Sebagai akademisi, kita memiliki peluang melakukan pendekatan terhadap masyarakat internasional dan masyarakat sipil lantaran network society lebih memadai. OPRC.