Yogyakarta, 15 Juli 2022─Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik atau FISIPOL UGM turut meramaikan kegiatan “Presidensi Indonesia G-20: Kepemimpinan untuk Tata Dunia Berkeadilan dan Berkelanjutan” dengan mengadakan FISIPOL Focus Group Discussion (FGD) Series. Setelah sebelumnya berhasil menyelenggarakan sesi pertama untuk mendiskusikan perihal rezim kerja global, FISIPOL FGD Series kembali hadir dengan sesi kedua secara daring pada Jumat (15/7) bekerja sama dengan Institute of International Studies atau IIS UGM. Mengangkat tema “Reformasi Arsitektur Kesehatan Global: Menuju Tata Kelola Kesehatan yang Setara dan Berkeadilan,” diskusi yang dipandu oleh Dr. Muhammad Rum dari HI FISIPOL UGM ini mengundang tiga pembicara dengan latar belakang yang berbeda untuk mendiskusikan strategi dan kebijakan dalam mengadvokasikan arsitektur kesehatan global yang setara dan berkeadilan.
Pembicara pertama, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, selaku Juru Bicara G-20 Health Working Group menceritakan rangkaian dan hasil dari tiap kegiatan G-20 di bidang kesehatan, termasuk isu prioritas dalam topik penguatan arsitektur kesehatan global. Ada tiga isu utama yang disampaikan Nadia, yaitu membangun ketahanan kesehatan global, harmonisasi protokol kesehatan global, serta memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegaran, kesiapsiagaan, dan respons pandemi.
Diskusi dilanjutkan dengan pemaparan dari pembicara kedua, yakni dr. Yoko dari Médecins Sans Frontières Indonesia. Dalam menjawab tantangan tata kelola kesehatan global, Yoko berangkat dari keterbatasan-keterbatasan yang ada saat ini. “Kurangnya representasi dari negara-negara yang low dan middle income dalam proses pengambilan keputusan,” ungkap Yoko dalam memaparkan salah satu keterbatasan tata kelola kesehatan global sekarang.
Melengkapi pembahasan dari kedua pembicara sebelumnya, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D dari FKKMK UGM hadir sebagai pembicara terakhir. Dalam materi yang dipaparkan, Laksono menutup dengan beberapa pernyataan. Laksono menyimpulkan bahwa saat ini, arsitektur kesehatan global dikuasai oleh industri-industri farmasi besar yang memiliki hak paten.
“Tanpa mengubah struktur arsitektur kesehatan global tersebut, keseimbangan dan keadilan dalam pelayanan kesehatan akan sulit terwujud. Bahkan, pemerintah di negara maju juga mengalami kesulitan,” papar Laksono.
Selain para pembicara, para peserta juga turut aktif berdiskusi, bertanya, dan berpendapat. Rangkaian kegiatan FGD ini menjadi ruang untuk mendiskusikan berbagai isu strategis dan agenda dalam forum Presidensi Indonesia G-20. Memiliki empat rangkaian diskusi, FISIPOL FGD Series sekaligus menjadi bentuk kontribusi FISIPOL UGM dalam kajian dan kebijakan terkait G-20 2022. Nantinya, hasil diskusi dari FISIPOL FGD Series ini akan diolah menjadi Serial Policy Brief G-20 FISIPOL UGM. (/hfz)