Yogyakarta, 12 Desember 2020—Fisipol Creative Hub bekerja sama dengan BRI Work dalam menyelenggarakan program #SMALLTALK pada Sabtu sore (12/12). Topik yang diangkat pada kesempatan kali ini adalah “Kenapa Startup Bisa Gagal?”. Menghadirkan pembicara Pramudya R.Gemilang, sebagai Managing Director Nabata Technology dan Head of Content LP3I, serta Co-founder @rashifindonesia. Acara berlangsung melalui Instagram Live pada pukul 16.00-17.00 WIB.
Perbincangan diawali Gilang dengan menceritakan pengalamannya di dunia start up. Ini adalah tahun kelima dirinya menjadi entrepreneur. Ia mengaku pada awalnya fokus di bidang kepenulisan, fotografi, kemudian berkembang ke arah digital marketing agency. Sejak tahun 2015 bergelut, menurutnya di era digital sekarang ini sedang marak digital marketing agency dimana-mana. Selama pandemi pun, Gilang mengaku tetap bisa survive akibat adanya teknologi.
Menanggapi pertanyaan mengapa start-up bisa gagal, Gilang mengatakan bahwa terdapat banyak sekali alasan yang menyebabkan start-up gagal. Namun, berdasarkan pengalamannya pribadi selama lima tahun, faktor-faktor kegagalan tersebut kembali lagi pada tiga hal, yaitu marketing, finance, dan people and ideas. Marketing atau pemasaran tidak berhasil biasanya karena tidak ada kebutuhan consumer. Hal ini dapat diakibatkan oleh analisis consumer behavior yang tidak komprehensif atau kurang mendalam. Misalnya, analisis kurang fokus pada konsumen sehingga produknya brand centric dan melupakan produk consumer centric. Selain itu, tahap pengenalan, pendekatan, dan action pada pure marketing tidak berjalan lancar.
“Jadi, kalau di start-up pasti ada pengenalan, pendekatan, action. Dari pengenalan sampai action ini flow-nya kurang tepat, jadinya tersalip-salip sama kompetitor,” ucap Gilang.
Untuk mengatasi masalah marketing yang tidak berjalan lancar tersebut, Gilang menyarankan agar melakukan riset pada konsumen secukupnya saja agar tidak tertinggal oleh kompetitor. Caranya adalah mengetahui target market, bertanya lebih jauh mengenai apa yang sudah kita ketahui, dan percaya diri namun tidak over confidence.
“Kalau pengen survive pada ya harus purely research on the consumer tapi ingat riset secukupnya karena start-up kalau kelamaan riset ya ketinggalan sama kompetitor sehingga marketing-nya nggak jalan sesuai yg dicita-citakan dari brand awareness sampai action,” ungkapnya.
Kemudian, jika berbicara mengenai finance dan legal, kita harus mengetahui cara mengelola finance dengan segala income atau perputaran uang dan jangan sampai run up of case. Cara pengaturan uang tentu berbeda-beda sesuai jumlah perputaran uang. Menurut Gilang, jika dalam start-up yang kita bangun tidak memiliki orang yang pandai di bidang finance, tidak masalah jika mengalami sedikit kebocoran yang penting tetap berjalan, kemudian ketika sudah semakin besar perputarannya barulah kita mencari orang untuk membereskan masalah finance. Gilang percaya bahwa dalam memulai start-up, jangan memaksakan untuk langsung perfect, yang penting berjalan dahulu dan bertahap. Namun, tentu saja terdapat tahap-tahap memulai untuk fokus pada tiga faktor penting tersebut. Jika dalam skala prioritas, finance dan legal dapat dipikirkan belakangan.
“Gue akan fokus pada people and ideas sama marketing-nya, gue akan tarik orang-orang terbaik, kita akan kerjasama fokus ke marketing. Finance dan legal belakangan, seiring berjalannya waktu pasti ada jalan deh,” ujar Gilang.
Gilang juga memberikan tips tertentu bagi yang baru memulai bisnis. Menurutnya, percaya diri terhadap apa yang kita buat adalah kunci untuk memulai bisnis. Zaman sekarang, medium untuk memulai bisnis baru dapat memakai e-commerce, media sosial, atau bahkan di pinggir jalan. Jangan terlalu memikirkan apakah kita mempunyai skill atau tidak, yang terpenting adalah kita memiliki keinginan untuk belajar menciptakan sesuatu.
“Pede dengan apa yang baru mulai karena itu yang gue punya, gue pengen bikin apa bodo amat, gue nggak bisa gue cari, yang bisa gue bikin, perkara punya skill-nya atau nggak gue nggak peduli, yang gue peduliin adalah gue pengen bikin sesuatu dan gue pengen belajar, karena ketika udah punya partner-nya kita bisa belajar dari mereka,” ungkap Gilang. (/Wfr)