Yogyakarta, 2 Mei 2020 – FISIPOL UGM bersama Badan Penerbitan dan Publikasi UGM menyelenggarakan soft launching dan diskusi buku pada Sabtu (2/4). Diskusi tersebut dilangsungkan melalui platform Webex dan disiarkan langsung melalui kanal YouTube FISIPOL UGM, pukul 10.00 hingga 12.00 WIB. Diskusi yang dipandu oleh Dedy Permadi selaku Staf Khusus Menteri Kominfo ini turut mengundang beberapa penanggap, yaitu Nezar Patria selaku Digital Chief Editor The Jakarta Post, Jonatan Lassa dari Charles Darwin University, serta Abetnego selaku PLT Deputi 2 Kantor Staf Presiden. Turut hadir pula Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng. Selaku Rektor UGM, dan Dr. Widodo, M.Sc. selaku Kepala Badan Penerbitan dan Publikasi UGM. Selama berlangsungnya acara, 114 audiens turut bergabung melalui Webex dan 63 lainnya melalui YouTube.
Buku yang diluncurkan dan didiskusikan dalam acara ini merupakan hasil kerja 37 penulis lintas fakultas di UGM, dengan dua editor yaitu Dr. Wawan Mas’udi dan Dr. Poppy S. Winanti, M.P.P, M.Sc. Secara garis besar, buku ini membahas tentang tata kelola kebijakan penanganan COVID-19, respon berbagai pihak, dan bentuk komunikasi publik.
Prof. Dr. Erwan Agus Purwanto selaku Dekan FISIPOL UGM menyampaikan sambutan sebelum dimulainya diskusi. Beliau menyampaikan bagaimana kebijakan menjadi salah satu aspek penting dalam keberhasilan menangani COVID-19. Kebijakan publik akan membantu pejuang garda depan untuk dapat bekerja dengan baik, karena kebijakan publik berkaitan dengan alokasi sumber daya, anggaran, dan memastikan program-program yang diajukan para ahli bisa bekerja di lapangan. “Buku ini mencoba memahami bagaimana sisi kebijakan, koordinasi, kerjasama, kelembagaan bisa disorot, didentifikasi berbagai persoalan, kemudian mengajukan solusi,” tegasnya.
Sambutan turut disampaikan oleh Dr. Widodo, Kepala Badan Penerbitan dan Publikasi UGM yang telah menerbitkan buku ini. Sebelumnya, dua buku dari FKKMK dan ketua Satgas COVID-19 UGM telah diterbitkan terlebih dahulu oleh BPP UGM. Widodo menyampaikan, “Buku tata kelola ini multiperspektif, yang menyadari bahwa COVID-19 bukan hanya terkait aspek kesehatan, juga harus ditangani dengan kebijakan publik yang tepat”. Beliau juga menegaskan bahwa buku ini dapat dijadikan rujukan terkait kebijakan publik.
Rektor UGM, Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., IPU, ASEAN Eng. yang turut hadir juga menyampaikan rasa terima kasih dan selamat kepada pihak-pihak yang menjadikan adanya buku ini. “Sebuah buku yg memberi catatan bagi kita tentang bagaimana kita pernah menangani sesuatu yang tidak biasa. Tentu akan bermanfaat bagi generasi mendatang,” tegas beliau menanggapi.
Setelah berbagai sambutan, acara dilanjutkan atas arahan Dedy Permadi selaku moderator. Diawali dengan memperkenalkan 37 penulis dari berbagai fakultas dan jurusan, kedua editor yaitu Dr. Wawan Mas’udi dan Dr. Poppy S. Winanti, M.P.P, M.Sc. turut menjelaskan secara singkat proses penyusunan buku tersebut. “Ada urgensi yang luar biasa bagi kita, khususnya fakultas-fakultas non-medis untuk memahami COVID-19,” terangnya sebagai latar belakang tergagasnya buku tersebut. Menurutnya, krisis kesehatan telah berubah menjadi krisis tata kelola penanganan, baik di level global maupun nasional. Maka dari itu, dimensi tata kelola juga tak kalah penting dibanding dimensi lainnya, karena akan menjadi kunci kegagalan atau keberhasilan penanganan wabah. Sedangkan menurut Poppy, buku ini bersifat sebagai kajian awal yang diharapkan dapat mendorong munculnya kajian-kajian lain yang lebih kritis, mendalam, serta analisis yang lebih komprehensif. “Beberapa skenario yang kami tawarkan mudah-mudahan bisa memungkinkan diskusi yg lebih luas,” tegasnya.
Diskusi dimulai dengan disampaikannya tanggapan oleh PLT Deputi 2 Kantor Staf Presiden, Abetnego Tarigan yang berfokus pada dimensi respon pemerintah dan industri. Menurutnya, kebijakan-kebijakan pemerintah selalu memunculkan ruang perdebatan dan diskusi. Sedangkan riset dan transparansi data sangat dibutuhkan, namun secara sistem belum mendukung untuk data yang cepat dan akurat dapat diakses banyak pihak. “Buku ini menstrukturkan lagi problem kita dan sekaligus bisa memberikan rekomendasi,” tutur Abetnego mengena buku ini.
Tanggapan kedua disampaikan oleh Jonatan Lassa dari Charles Darwin University yang menkritisi dari sisi respon masyarakat dan isu modal sosial. Jonatan memberi tanggapan terhadap setiap BAB di bagian ke-tiga buku ini. Beliau menyampaikan bagaimana buku ini dapat membawa ilmu sosial Indonesia berkontribusi pada ilmu pengetahuan global, dengan lahirnya pemahaman-pemahaman baru tentang negara, rakyat, dan tata kelola.
Sebelum memasuki sesi penanggap ke-tiga, moderator mempersilakan perwakilan dari penulis yaitu Dr. Hatma Suryatmojo, Dr. Suzanna Eddyono, dan Nurhadi, S.Sos., M.Si. Ph.D. Ketiga perwakilan penulis sedikit banyak mengulas kembali tulisan mereka dalam buku tersebut. Suzanna Eddyono selaku penulis BAB 12 yang membahas kelompok marjinal menuturkan, “Chapter ini hendak menarik perhatan terhadap adanya berbagai kelompok yang bervariasi, sangat banyak”.
Penanggap ke-tiga yaitu Nezar Patria selaku Digital Chief Editor The Jakarta Post kemudian berkesempatan menyampaikan pendapatnya. Nezar memaparkan tentang BAB 16 dan 17 yang membahas bagaimana media merespons keterangan-keterangan dari pemerintah melalui juru bicara. Selain itu, disampaikan pula bagaimana media menekan pemerintah untuk mengambil tindakan yang lebih cepat dan solid setelah COVID-19 dikonfirmasi di Indonesia.
Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator. Pertanyaan disampaikan audiens melalui kolom live chat di Webex dan YouTube. Sesi diskusi ini telah tersedia siaran ulangnya dan dapat diakses melalui kanal YouTube FISIPOL UGM. (/tr)