Tarif dan Dinamika Ekonomi Politik Global: Dari Kebijakan Trump hingga Tantangan bagi Indonesia

Dalam seri edukatif Senarai Istilah Studi Hubungan Internasional (SITASI) yang diproduksi oleh Departemen Ilmu Hubungan Internasional (DIHI) FISIPOL UGM, Prof. Dr. Poppy S. Winanti, Guru Besar Ilmu Hubungan Internasional UGM, hadir sebagai narasumber membahas secara mendalam tentang tarif dalam perdagangan internasional, termasuk definisi, tujuan, manfaat, kerugian, serta dinamika politik di baliknya. Dalam video yang berdurasi singkat namun padat ini, Prof. Poppy menjelaskan bahwa tarif adalah bentuk pungutan atas barang impor yang bertujuan melindungi industri dalam negeri, meningkatkan penerimaan negara, dan menjaga keseimbangan neraca perdagangan. Di sisi positif, kebijakan tarif dapat memperkuat sektor industri lokal dan menciptakan lapangan kerja. Namun, di sisi lain, tarif juga berisiko menaikkan harga barang, mempersempit pilihan konsumen, serta memicu perang dagang antarnegara.

Menariknya, Prof. Poppy mengulas kebijakan tarif resiprokal yang diusung oleh Presiden Donald Trump, yang secara agresif menerapkan tarif tinggi terhadap negara mitra dagang dan mendorong respons global yang beragam. Dalam konteks ekonomi politik internasional, hal ini memperlihatkan bahwa tarif bukan sekadar kebijakan ekonomi teknis, tetapi juga instrumen kekuasaan geopolitik yang sarat kepentingan strategis. Terkait dengan situasi ini, Prof. Poppy menggarisbawahi pentingnya respons cermat dari pemerintah Indonesia, baik melalui penguatan daya saing industri dalam negeri, diversifikasi pasar ekspor, maupun diplomasi perdagangan yang aktif dan adaptif.

Topik ini sangat relevan dengan sejumlah agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Pertama, SDG 8: Decent Work and Economic Growth, karena tarif dapat berdampak langsung pada sektor ketenagakerjaan dan produktivitas ekonomi nasional. Kedua, SDG 9: Industry, Innovation, and Infrastructure, karena pengelolaan tarif yang tepat dapat menjadi katalis bagi penguatan industri lokal dan transformasi inovatif. Terakhir, SDG 17: Partnerships for the Goals, menyoroti pentingnya kerja sama dan diplomasi multilateral dalam menjaga stabilitas sistem perdagangan global yang inklusif dan adil. Melalui pendekatan yang kritis dan aplikatif, konten ini tidak hanya memperkenalkan istilah dalam studi hubungan internasional, tetapi juga mengajak publik untuk memahami bagaimana kebijakan ekonomi global berdampak langsung terhadap kehidupan ekonomi nasional dan kesejahteraan masyarakat.

Simak video selengkapnya di sini.