Ajisaka sebagai ajang kompetisi komunikasi mahasiswa tingkat nasional yang diselenggarakan oleh Korps Mahasiswa Komunikasi (KOMAKO), berakhir pada Sabtu (28/10). Rangkaian kegiatan yang dimulai sejak Bulan Agustus, ditutup dengan malam penghargaan. Bertempat di The Heritage Place-Eastparc Hotel, Malam Penghargaan Ajisaka digelar dengan mengangkat tema “The Warmth of Jogja”. Sebagai acara puncak, awarding ditujukan untuk mengumumkan dan memberi penghargaan kepada para finalis yang berhasil menjadi juara dalam 4 jenis kompetisi (Arjuna, Kresna, Prahasta, dan Sadewa). Jika ditotal, terdapat 17 penghargaan diberikan kepada para juara baik tim/individu.
Salah satu tim yang behasil lolos menjadi juara adalah PRemiere, yang menyabet 2 penghargaan pada kategori Prahasta yang merupakan kompetisi di bidang public relations. PRemiere merupakan sebuah tim PR kebanggaan Departemen Ilmu Komunikasi UGM, yang beranggotakan Esty Nadya (2014), Putri Cahyaningtyas (2014), dan Anandhio Weiza Prashardika (2016). Pada Ajisaka kali ini, PRemiere berhasil mendapatkan penghargaan sebagai juara 2 dan best proposal. Dalam proposalnya, PRemiere mengangkat “Samyang” sebagai produk kontroversial yang banyak mendapat tuduhan informasi hoax. Dengan masalah tersebut, PRemiere membuat program-program yang ditujukan untuk mengatasi masalah dalam sebuah proposal. Proposal tersebutlah yang kemudian dipilih juri sebagai proposal terbaik. Selain proposal, keberhasilan PRemiere sebagai juara 2 tidak terlepas dari presentasi proposal yang ditampilkan di hadapan juri. Dengan penampilan presentasi yang unik, PRemiere berhasil memukau para juri sehingga menempatkannya di salah satu posisi juara.
Dua Penghargaan yang didapat oleh PRemiere merupakan sebuah kejutan bagi ketiga anggota. Pasalnya, dalam kompetisi kali ini, PRemiere merasa kurang maksimal dalam mengerjakan karya proposal. “Karya ini itu karya paling tidak maksimal, dan tadi kita ngerasa pesimis buat menang” tutur Esti. Putri juga menambahkan bahwa dalam ajang kali ini, dirinya dan tim tidak terlalu matang dalam pembahasan. “Biasanya kalo ikut lomba itu pembahasan sampe jadi karya bisa makan waktu sampe 1 bulan dengan pertemuan rutin setiap minggunya. Kalo kemarin paling cuma 2 minggu, dan itu pun nggak intens ketemunya.” ujar Putri. Persiapan yang tidak semaksimal biasanya, membuat para anggota tim tidak menduga akan menyabet juara, bahkan mendapat penghargaan best proposal. Namun, tidak dipungkiri bahwa PRemiere merasa bersyukur dan senang atas dua penghargaan tersebut.
Ajisaka ini merupakan kompetisi PR terakhir yang akan diikuti Esti dan Putri. Bagi keduanya, dua penghargaan tersebut merupakan hadiah penutup kiprah mereka dalam lomba PR. Sebelumnya, PRemiere sangat dikenal di kalangan mahasiswa komunikasi karena label langganan juara dalam setiap kompetisi PR. Beberapa penghargaan yang pernah diraih oleh tim ini, yaitu: Juara 1 PRAction dalam event Communination UMM (2016), Juara 1 Presco dalam event Komunikasi Fiesta UKWM, dan Juara 3 PRVaganaza pada event Pekan Komunikasi UI. Pada kompetisi yang pernah dijuarai, Esti dan Putri biasanya menggandeng Harry Cahyono (Komunikasi ’13). Namun, karena Harry telah lulus, dipilihlah Dika menjadi bagian dari tim PRemiere. Pergantian anggota yang dilakukan PRemiere nyatanya tidak membuat eksistensi PRemiere menurun, Ajisaka telah membuktikan bahwa PRemiere masih bertahan sebagai tim PR yang berprestasi.
Selain PRemiere, salah satu tim yang berhasil menjadi juara adalah Tim Unearth dalam mata Lomba Kresna (film). Tim ini terdiri dari Adit, Andika, dan Sujat, yang merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2014, Universitas Diponegoro. Unearth dengan filmnya yang berjudul “Mr. Bombastic” berhasil menyabet 3 penghargaan sebagai best movie, best cinematography, dan best screenplay. Pada Ajisaka sebelumnya, Unearth dengan film “Diatas Awan” juga berhasil mendapatkan penghargaan best movie, dan best cinematography. Sama halnya dengan PRemiere, Unearth juga tidak menyangka akan menjadi pemenang, terlebih dengan menyabet 3 penghargaan sekaligus. Menurut Adit, pembuatan film Mr. Bombastic ini merupakan project untuk menyalurkan hobi semata. “Kalo kita ngebayangin menang si engga, karena film kita ngga jelas,” ujar Adit. Sujat menambahkan bahwa sebagai peserta, ketiganya sama-sama berharap menjadi pemenang. Bahkan mereka sempat merasa deg-degan dan mencoba mengatasinya dengan menonton video lucu. Namun, saat pengumuman juara mereka tidak menyangka bahwa mereka berhasil mendapat tiga penghargaan dari empat kategori yang disediakan.
Kesenangan dan kepuasan dalam awarding ini bukan hanya dirasakan oleh para pemenang, tetapi juga oleh ketua panitia Ajisaka. Saat ditemui di akhir acara, Benyamin Imanuel Silalahi atau yang biasa dipanggil Noel, mengungkapkan bahwa dirinya sangat puas dengan gelaran Ajisaka kali ini. Sebagai ketua panitia, Noel belajar banyak hal dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan Ajisaka. Ia mengapresiasi panitia yang telah melakukan kerja dengan baik dan cepat. “Sama dengan peserta menjawab brief, panitia juga menjawab permasalahan yang ada dan menghandle dengan cepat sehingga acara ini dapat berlangsung dengan lancar,” ujar Noel. Harapannya, pada gelaran mendatang, Ajisaka bisa lebih baik, lebih rapi dan harus semakin siap menghadapi segala situasi. (ASA)