Yogyakarta, 12 April 2023—Center for Digital Society (CfDS) Fisipol UGM berkolaborasi bersama IDN Times dalam Digitalk X GenZ menyelenggarakan acara GenZ Memilih pada Rabu (12/4). Diselenggarakan secara daring, acara ini mengambil tema “Pengaruh Media Sosial terhadap Pilihan Gen Z di Pemilu 2024”. Adapun, tema tersebut dipilih atas fakta bahwa generasi muda akan turut meramaikan pesta demokrasi Indonesia 2024, ditengah persebaran hoaks, disinformasi, dan misinformasi. Menyikapi hal tersebut, penting bagi pemangku kebijakan untuk memitigasi risiko yang terjadi, terutama di media sosial.
Acara ini mengudang Hamdan Kurniawan (Ketua KPU DI Yogyakarta), Gielbran M. Noor (Ketua BEM KM UGM), dan Amelinda Pandu (Peneliti CfDS UGM) sebagai pembicara, dengan dimoderatori oleh Paulus Risang (Editor IDN Times Jogja).
Hamdan membuka sesi diskusi dengan transformasi yang KPU lakukan menggunakan teknologi lewat website yang telah disediakan, seperti SIPOL yang digunakan untuk pendaftaran dan verifikasi Partai Politik dan Calon Peserta Pemilu.
Diskusi juga menyoroti tentang perbaikan kaderisasi partai, memfokuskan pada value calon peserta Pemilu alih-alih pada area materialistis sehingga hal ini akan menaikan persentase kepercayaan publik. “Fokus dari kontestan politik adalah untuk menjawab permasalahan regionalnya karena setiap regional punya permasalahannya masing-masing yang kuncinya dipegang oleh calon peserta Pemilu,” jelas Gielbran.
Tidak hanya Parpol dan calon peserta Pemilu, publik pun harus terliterasi dengan baik. Adapun, literasi politik juga termasuk dalam ketahanan pemilih terhadap intimidasi dan bujukan transaksional yang tidak sehat. Pencerdasan literasi politik juga harus mulai dialihkan melalui media sosial alih-alih hanya difokuskan pada sistem konvensional.
Pencerdasan literasi politik ini akan menghasilkan pemilih pemula yang paham akan perannya. Yakni, untuk mengawal pemilu dengan turut aktif mengedukasi orang sekitar tentang hoaks, disinformasi dan misinformasi serta aktif terlibat melaporkan konten berbahaya dan mencegah penyebarannya.
Pemilih pemula juga harus memperhatikan akun media sosial pelaksana dan peserta kampanye, iklan kampanye, dan konten berbahaya yang membawa ke tindakan kebencian.
“Sebagai pemilih pemula, kita harus menerapkan digital culture, yakni kemampuan membaca dan membangun wawasan kebangsaan, Pancasila, dan Bhineka Tunggal Ika di kehidupan sehari-hari”, jelas Amelinda menutup diskusinya.