Siang (7/4/2017) itu, Fisipol UGM kedatangan seorang alumni dari Departemen Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan 1986, Inna Karunia. Saat ini beliau berkarir sebagai Asesor PPM Manajemen. PPM Manajemen merupakan lembaga assessment untuk sumber daya manusia di berbagai perusahaan terutama badan usaha milik negara (BUMN). Pengalamannya sebagai seorang asesor memberikan banyak inside baru mengenai peluang bekerja terutama tantangan dan peluang karier di organisasi nirlaba.
Inna Karunia berkarier sebagai Human Resources Department (HRD) selama 18 tahun di Rumah Sakit Islam Cempaka Putih, beliau menangani sebanyak 2500 karyawan. Mulai dari proses rekrutmen, pelatihan, karier, upah, serta yang paling sensitif yaitu hubungan industrial (konflik antara perusahaan dengan karyawan) sudah menjadi bagian yang melekat pada karier Inna.
“Selain di PPM Manajemen saya juga bekerja di Baznas (Badan Zakat dan Sedekah), menangani HRD tapi berbeda dengan perusahaan komersil jadi disitulah saya lebih kepada NGOnya. Sebelum mencari pekerjaan, harusnya kita pahami dulu kita maunya kemana apakah ke perusahaan komersil atau nirlaba, nah dari situ kita tau persiapannya bagaimana,” jelas Inna.
Organisasi nirlaba sendiri merupakan organsisasi yang tujuan utamanya mendukung suatu isu atau persoalan di masyarakat tanpa mengkomersialkannya atau mencari keuntungan keuangan. Dalam hal kepemilikan pemilik organisasi nirlaba tidak memperoleh keuntungan misalnya yayasan, ormas, penerima manfaat (klien), atau anggotanya.
Contoh organisasi nirlaba yang dikenal dimasyarakat seperti organisasi kesehatan (yayasan kesehatan) seperti rumah sakit, klinik, balkesmas, yayasan kanker dan Palang Merah Indonesia. Yang popular dikalangan masyarakat adalah organisasi penggalangan dana masyarakat, zakat-infak, sedekah (yayasan dana) seperti Baznas, YDSF, Pundi Amal SCTV, RCTI Peduli dan Dompet Dhu’afa.
Menurut Inna, masyarakat pada umumnya menganggap bahwa organisasi nirbala merupakan lapangan pekerjaan yang kurang menguntungkan. Organisasi yang tidak well managed, tidak transparan, dikelola sekelompok orang radikal, anti kemapanan, suka mengkritik pemerintah, menjadi corong kepentingan asing, merupakan sumber pendanaan asing, serta memanfaatkan isu kemiskinan untuk menggalang dana.
Justru sebaliknya, Inna Karunia dalam One Week One Alumni menjelaskan bahwa organisasi nirbala memiliki peluang karier. Peluang karier di lembaga non profit tidak kalah dengan perusahaan yang komersil dan ini sangat cocok dengan generasi milenial.
“Generasi milenial kan suka bekerja di perusahaan yang birokrasinya tidak terlalu ribet, senang jalan-jalan, informasinya banyak, pekerjaannya yang tidak struktural, inovasinya cepat serta menangani masalah di masyarakat. Konflik yang ditangani juga seputar kemiskinan, pendidikan, kesehatan itu sudah Fisipol banget. Jadi orientasi bekerja kita itu jangan hanya perusahaan yang komersil tadi, out of the boxlah bahwa banyak perusahaan-perusahaan yang membutuhkan kita,” jelas Inna.
Sebagai seorang asesor yang sudah lama berhadapan dengan rekrutmen karyawan, untuk lulusan UGM potensinya sudah tidak perlu dipertanyakan lagi. Namun, menurut Inna yang sering sekali menjadi halangan, lulusan UGM itu kompetensinya masih kurang seperti kepercayaan diri. Jadi apa yang harus dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja?
- Multi talenta, memiliki lebih dari satu keahlian yang dapat menguntungkan perusahaan. Sosok seperti ini akan memiliki poin tambah dalam proses rekrutmen karena keahlian yang dimiliki dapat membantu operasional perusahaan.
- Menguasai bahasa asing
- Kreatif
- Mobilitasnya tinggi
- Bisa bekerja dalam tekanan deadline
- Mampu bekerja dalam lingkungan yang multikultural
- Responsif, sanggup bekerja di lingkungan yang tidak nyaman saat bertugas di daerah terpencil dan kumuh
Namun ketatnya seleksi untuk mendapatkan sumber daya manusia yang profesional akan diimbangi dengan kompensasi yang sepadan, jenjang karier karyawan yang jelas, bagi pegawai berprestasi: terbuka kesempatan berkarier di jaringan-jaringan luar negeri dan kualitas pendidikan karyawan terus ditingkatkan maka kesempatan untuk mendapatkan beasiswa di dalam dan luar negeri cukup banyak.
Dalam kesempatan ini, Inna juga menjawab pertanyaan yang mungkin sering muncul dibenak lulusan S1. Bekerja dulu atau langsung S2 ya?
“Kalau di perusahaan untuk yang entry level baik lulusan S1 maupun S2 memiliki kedudukan yang setara. Lulusan S2 pasti memiliki nilai lebih tetapi nilai lebihnya nanti pada saat pengembangan karier. Menurut pandangan saya pribadi sebagai orang HRD lebih baik kita S2 didampingi pengalaman kerja karena kalau kita S2 tetapi tidak punya pengalaman kerja, pada saat rekrutmen kita akan disetarakan dengan lulusan S1. Akan tetapi jika sudah punya pengalaman kerja, posisi kita setidaknya sudah berada pada level supervisor,” pungkas Inna. (/dbr)