Di tahun 2017 ini, Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Pilmapres) Fisipol diadakan dengan nuansa berbeda. Bertempat di Selasar Barat Fisipol, kali ini Pilmapres dilaksanakan secara terbuka. Dengan mengusung tema “Mahasiswa Fisipol di Era Disrupsi Digital”, grand final Mapres menyisakan 6 dari 11 peserta awal. Enam peserta tersebut diantaranya Raditya P. Darningtyas dan Engelo Abil Wijaya dari Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Anaq Duanaiko dari Departemen Sosiologi, Raisa Almira dari Departemen Pembangunan Sosial dan Kebijakan, Aliyah Almas Sa’adah dan Rostiana Septiana Putri dari Departemen Politik dan Pemerintahan.
Acara ini diawali dengan sambutan dari koordinator Pilmapres 2017, Drajad Selistyo Widhyharto. Dalam sambutannya, Drajad menekankan bahwa ini adalah babak baru dengan harapan wakil Fisipol dapat meluncur dengan lancar, tidak hanya di Fisipol tapi juga di universitas maupun di nasional. “Semoga hasil seleksi ini akan bisa membawa Fisipol, atau calon mahasiswa prestasi Fisipol akan lebih maju dan berkibar nanti dalam event Pilmapres Nasional. Tahun lalu sudah ada Mapres yang juara nasional dari Fakultas Hukum UGM, mungkin tahun depan adalah Fisipol,” tambahnya.
Selanjutnya, disusul dengan sambutan kedua dari wakil dekan bidang kemahasiswaan, Wawan Mas’udi. Dengan mengusung tema digital ini, Wawan mengungkapkan bahwa di era seperti ini mahasiswa berprestasi tidak lagi semata-mata berbasis nilai akademik. “Kedepan saya kira IPK hanya salah satu tahap. Saya ingin mahasiswa Fisipol di era digital, milenial, di era disrupsi digital memiliki kecerdasan berbeda, memiliki prestasi berbeda yang dulu hanya berbasis nilai akademik tetapi sekarang juga kemampuan mereka engage dengan berbagai perkembangan,” ungkapnya.
Kriteria tersebut memang sudah tercermin di enam peserta grandfinal Mapres Fisipol. Selain nilai akademik mumpuni, masing-masing peserta juga mempunyai berbagai kemampuan di bidang lain. Hal ini terlihat dari proses presentasi mereka di depan khalayak umum. Peserta pertama, dengan mengusung konsep Institutional Entrepreneurs Volunteerism Activities Based Sustainable Development Goals. Dalam presentasinya ini Raisa mengusulkan sebuah kelembagaan untuk entrepreneurs sebagai sebuah solusi atas permasalahan sosial di Indonesia.
Penampilan yang memukau juga ditunjukkan oleh Raditya sebagai peserta nomor urut dua. Dengan mengusung “Digital Deradicalization as Counter-Radicalism Strategy for Indonesian Youth: The Initiation of Moderate Youth Forum”, Raditya mencoba memanfaatkan media online sebagai digital literacy untuk mencegah radikalisme di kalangan anak muda. Lain halnya dengan peserta nomor urut tiga yang lebih menekankan pada isu pertanian dalam presentasinya. Aliyah mengusulkan sebuah bentuk E-government Management untuk masyarakat pertanian, khususnya di Daerah Sragen. Aliyah mengusung tema ini atas dasar absennya integrasi data dan manajemen kebijakan di dalam pemerintahan. Sehingga proses digitalisasi data dalam bentuk website adalah solusi yang tepat.
Selanjutnya presentasi peserta nomor urut empat yang mengusung konsep “Tackling the Great Digital Divide in Indonesia”. Melalui presentasinya, Anaq mengusulkan konsep digital inclusion sebagai solusi atas kesenjangan digital. Konsep digital inclusion merupakan aktivitas menutup kesenjangan digital dengan memungkinkan setiap individu mengakses sarana ICT. Sedangkan peserta nomor urut lima yaitu Rostiana menawarkan sebuah flatform bernama “CariKomunitasmu” sebagai solusi atas blacktivist yang marak terjadi di dunia digital.
Terakhir, peserta nomor urut 6 mengusung konsep “Creating Jobs for Youths in the Fourth Industrial Revolution”. Engelo yang sedang berada di Filipina untuk keperluan konferensi internasional tetap memaparkan konsepnya dengan cukup memukau. Dengan terhubung melalui telepon, Engelo menjelaskan bahwa sangat dibutuhkan penciptaan peluang kerja dengan memanfaatkan digital teknologi yang sudah berkembang.
Dari enam penampilan peserta, juri akan mengambil dua pemenang untuk maju ke tingkat universitas dan satu juara favorit. Setelah sekitar 20 menit berdiskusi, enam juri yang berasal dari masing-masing departemen di Fisipol memutuskan Rostiana Septiana Putri sebagai pemenang kedua dan Raditya P. Darningtyas sebagai pemenang pertama. Selain itu, juri juga memberikan penghargaan kepada Raisa Almira sebagai juara favorit Mapres Fisipol UGM 2017. (/ran)